Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kompasiana Menjadi Ruang Publik Digital bagi Mahasiswa

18 Juli 2022   23:50 Diperbarui: 22 Juli 2022   20:07 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: viiontech.com

Kompasiana sebagai sebuah ruang publik digital. Sebagai seorang dosen, menjadi seorang Kompasianer tentu saja tidak muncul begitu saja dalam ruang hampa. Beberapa tahun telah menjadi anggota, namun baru dua tahun ini mewujudkan diri menjadi seorang Kompasianer disertai beberapa pertimbangan.

Pertama, pemahaman mengenai ruang publik. Ruang publik secara sederhana memiliki pengertian, yaitu sebuah ruangan di mana sekelompok orang dapat beraktivitas secara leluasa. Sekelompok orang itu bisa siapa saja, tanpa memandang latar belakang jabatan atau pekerjaan, namun secara kolektif mematuhi sebuah ruang menjadi milik publik atau umum.

Pertimbangan kedua, sebagai sebuah ruang (space), maka ruang publik tidak selalu berbentuk atau bersifat fisik yang dapat disentuh atau dirasakan secara nyata. Ruang publik juga bisa berupa ruang maya atau siber atau virtual. Antara ruang fisik dan maya bisa terletak sekat atau batas, namun juga bisa saling pengaruh satu dengan yang lainnya. Interaksi dinamis itu yang tidak dimiliki ruang publik yang fisik atau offline.

Ruang publik yang maya memang berbeda dengan yang fisik. Dalam dunia yang mengikuti perkembangan pesat Internet, ruang maya dapat berupa sebuah portal online, seperti Kompasiana.com. Portal online lain tentu saja masih ada banyak, baik yang serupa maupun berbeda. Para pengguna portal Kompasiana dikenal dengan sebutan Kompasianer.

Sebagai ruang publik digital, Kompasiana secara fungsi serupa dengan blogsphere atau media sosial (Facebook, Instagram, Twitter, Line, dan lain-lain). 

Melalui portal publik digital ini, pengguna dapat mendaftar dan mengisi data pribadi yang diperlukan. Kemudian, pihak pengelola atau admin Kompasiana akan memverifikasi dan menyetujui akun baru seorang Kompasianer. Yang paling penting, para Kompasianer dapat menggunakan ruang publik maya ini untuk kepentingan pribadinya secara publik dan interaktif.

Ketiga, menuangkan gagasan mengenai suatu isu menjadi menarik karena dapat memperoleh tanggapan secara langsung dari pembaca gagasan itu melalui pemberian label atau rating dan komentar. Interaksi dalam ruang publik maya yang intens dengan frekuensi tertentu membuka perkenalan dan saling membiasakan diri untuk merespon. Perkenalan yang maya atau digital. Kelebihan ini tidak mudah diperoleh di ruang publik fisik.

Pertimbangan keempat adalah membawa kepentingan publik ke Kompasiana. Dengan posisi dosen, saya dengan mudah membawa kepentingan tertentu ke ruang publik maya bernama Kompasiana ini. Mereka adalah peserta kelas saya mengajar di dua matakuliah, yaitu Diplomasi Republik Indonesia Kontemporer (DRIK) dan Hubungan Internasional di Asia Tenggara (HI Asteng). 

Kompasiana sebagai sebuah ruang publik digital telah menjadi tempat saya mengajak mahasiswa bersosialisasi dengan publik, tanpa batasan ruang kelas melalui tulisan-tulisan mereka.

Daftar di bawah ini adalah mahasiswa saya yang membuat artikel di Kompasiana. Mohon maaf, semoga pembaca berkenan menengok daftar panjang, yaitu 86 Kompasianer muda dan baru ini.

Kelas Diplomasi RI Kontemporer:
1. Nurul 
2. Puspa  
3. Aurelya  
4. Anjoya

Tangkapan Layar Kompasianer/Anjoya Dhesvitara
Tangkapan Layar Kompasianer/Anjoya Dhesvitara

5. Hildan 
6. Emah  
7. Hastian 
8. Ryan 
9. Vivi  
10. Mayda 
11. Edith 
12. Rossi 
13. Puspita 
14. Fiki  
15. Nobelia 
16. Girna 
17. Oxaleandra 
18. Ajeng  
19. Dinda  
20. Sherly 

Tangkapan layar Kompasianer/Sherly Diah Ayu Permata Sari
Tangkapan layar Kompasianer/Sherly Diah Ayu Permata Sari

21. Reza Apriliza  
22. Inayah 
23. Tasya  
24. Khairil
25. Desfi  
26. Miftah
27. Eriko  
28. Chaerudin  
29. Balqis 
30. Raisa
31. Moevtia 
32. Karimatul
33. Umi 
34. Galuh 
35. RR Berliani
36. Much Alif  
37. Amanda Ibel 
38. Ananda Naufal 
39. Intan Hera 
40. Arianti 
41. Sayyidul 
42. Andini  
43. Alissa 
44. Evyvani  
45. Aurellia  
46. Rizki Fernanda
47. Aurelna Griseldis 
48. Riza Andriani  
49. Radityo Cahyo 
50. Kevin Daffa
51. Faustina Ivana 
52. Jeanita  
53. Gabrielle Kabei  
54. Zara Gupita 

Tangkapan layar Kompasianer/Zara Gupita
Tangkapan layar Kompasianer/Zara Gupita

55. Yohana Claudia 
56. Wildante 
57. Ananda Vania  
58. Rebecca Alma  
59. Kevin 
60. Rida Meylasari  
61. Asy-Syifa 
62. Haris 
63. Mahadiva Edria
64. Salsabila Nadhifah  
65. Crystalia  
66. Sabrina Ayu  
67. Sayyid Alhurr  

Kelas HI di Asia Tenggara
1. Novia Damayanti 
2. Aulya  
3. Moh Shofwan
4. Aisya Hafina 
5. Rayi  
6. Iqbal  
7. Rahardyan 
8. Gevania Salma 
9. Fernanda 
10. Rangga Maulana
11. Hajar Almasah 
12. Angel Alexandra 
14. Syafa Adila 
15. Desfi Indah  
16. Wanda Az-Zahra 
17. Dela Ardiyanti  
18. Yenita  
19. Rangga 

Dua mahasiswa lainnya menulis di portal sebelah:
1. Gyorffi 
2. Shafa  

Promosi mengajak mahasiswa menulis di blog keroyokan Kompasiana ini bisa terwujud pada semester lalu. Kelas DRIK merupakan mahasiswa semester 6, sedangkan kelas HI di Asteng berisi mahasiswa semester 4. Promosi menulis di Kompasiana ini bukanlah yang pertama. 

Inspirasi datang dari banyaknya tulisan mengenai kegiatan KKN mahasiswa beberapa kampus di Kompasiana. Beberapa Kompasianer juga pernah melakukan hal serupa kepada mahasiswanya.

Mahasiswa menulis di ruang publik digital Kompasiana ini tentu saja dengan beberapa imbalan. Menulis di Kompasiana ini merupakan pilihan. Mereka bisa memilih menulis di Kompasiana (minimal 700 kata) mengenai isu-isu terkait matakuliah atau mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). 

Ada 40an mahasiswa tetap mengikuti UAS DRIK, sedangkan 40 mahasiswa memilih mengerjakan UAS HI di Asia Tenggara. Selain itu, Kompasianer muda itu juga dapat mengajukan insentif kepada fakultas dan kegiatan ini dicatat kampus sebagai salah satu prestasi yang tertulis di Surat Keterangan Pengganti Ijazah (SKPI).

Secara pribadi, saya sangat senang bisa mengajak mahasiswa ke luar dari tembok-tembok kampus dan memperkenalkan tulisan mereka kepada publik ketimbang sekedar teronggok di daftar file (explorer atau finder) komputer atau laptop. 

Selain itu, mereka bisa merasakan sendiri menjadi seorang Kompasianer, bagaimana tulisan itu ditayangkan di Kompasiana, tulisan dibaca, diberi label, dan beberapa tulisan mendapatkan komentar. Yang paling utama adalah manfaat bahwa mahasiswa dapat menggunakan Kompasiana menjadi ruang publik digital mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun