Mohon tunggu...
Alhurr Jamalullail
Alhurr Jamalullail Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Seorang mahasiswa dan penikmat musik Jazz

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kopi dan Diplomasi Gastro Indonesia

24 Mei 2022   16:52 Diperbarui: 24 Mei 2022   16:55 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kopi merupakan salah satu komoditi yang paling laku di seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Tidak sedikit orang yang menyantap kopi entah di waktu pagi, sore, maupun malam hari baik ketika sendiri maupun sebagai pelengkap obrolan dengan teman, maupun keluarga. Mungkin sudah menjadi rahasia umum bahwa kopi Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia dimana banyak jenis kopi yang terkenal dan mendunia dari negeri pertiwi. 

Sejarah kopi Indonesia telah dimulai sejak jaman kolonial Belanda dahulu dimana pada mulanya Belanda membawa kopi berjenis Arabika dari India, ke pulau Jawa. Kopi tersebut kelak dibudidayakan di daerah agrikultur Batavia. Akan tetapi, upaya budidaya pertama tersebut gagal lantaran kondisi perubahan cuaca yang ekstrim serta bencana alam yang menimpa kawasan tersebut sehingga menyebabkan kegagalan panen. 

Tak mudah menyerah, beberapa tahun setelahnya, pihak Belanda kembali membawa biji kopi dari Malabar untuk di budidayakan di tanah Jawa dan berhasil memberikan hasil panen yang signifikan. Biji kopi tersebut langsung meledak di kawasan Hindia Belanda bahkan di Eropa. Banyak penikmat kopi saat itu yang menyukai biji kopi dari jawa hingga akhirnya pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk menanami kopi setiap pulau di Nusantara. Ini pulalah yang menjadi awal mula munculnya berbagai macam jenis kopi Indonesia di masa sekarang ini. 

Sebagai salah satu komoditi dengan potensi besar, tentunya kopi merupakan harta karun tersendiri bagi Indonesia. Kualitas kopi Indonesiapun sudah diakui hingga menjadikan Indonesia sebagai pengekspor kopi terbesar di dunia. Potensi ini pun tidak ditinggalkan begitu saja, tetapi dimanfaatkan menjadi sebuah program diplomasi oleh pemerintah Indonesia yaitu program Diplomasi Kopi. Teknik diplomasi seperti ini disebut dengan Gastrodiplomasi. 

Gastrodiplomasi adalah teknik diplomasi yang menggunakan makanan sebagai objek utamanya. Gastrodiplomasi adalah teknik kolaborasi antara beberapa teknik diplomasi, yaitu diplomasi budaya,  diplomasi kuliner, dan nation branding  untuk menyebarkan budaya negara tersebut menjadi lebih di terima oleh bangsa lain (Rockower,  Recipes for Gastrodiplomacy, 2012). Dari penjelasan definisi Gastrodiplomasi tersebut, dapat terlihat bahwa makanan ataupun komoditi-komoditi kuliner lainnya merupakan sebuah unsur utama dalam teknik diplomasi ini. 

Kopi produksi Indonesia merupakan salah satu komoditi kuliner dengan potensi yang sangat besar dapat digunakan sebagai media bagi teknik gastrodiplomasi ini. Teknik gastrodiplomasi digunakan untuk meningkatkan pendapatan negara yang bersangkutan, mempromosikan pariwisata negara tersebut, membuka hubungan bisnis, bahkan untuk menyebarkan pengaruhnya di luar negeri. Teknik gastrodiplomasi erat kaitannya dengan konsep soft power dikarenakan gastrodiplomasi menggunakan kuliner yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, dan teknik diplomasi ini juga memberikan pengaruh secara non militer.

Diplomasi Kopi sendiri merupakan sebuah program kerja yang di gagas oleh Pemerintahan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dengan tujuan untuk meningkatkan nilai pereknomian Indonesia. Indonesia sebagai negara agrikultur sekaligus salah satu produsen kopi terbesar didunia tentu memiliki potensi, baik potensi secara ekonomi maupun secara komoditi dimana biji kopi asal Indonesia tidak dapat dianggap remeh di pasar internasional. Dengan memadukan dengan metode multitrack diplomacy, sektor perkebunan khususnya kopi berhasil menambah pendapatan negara secara signifikan. Menurut data dari Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia, sejak tahun 2014 terdapat peningkatan signifikan jumlah ekspor kopi Indonesia. 

Saat ini yang menjadi target terbesar pasar kopi Indonesia ialah Mesir dan Amerika Serikat. Mesir sendiri ialah negara yang sudah menjalin kerjasama dengan Indonesia terkait ekspor komoditi kopi, akan tetapi pada saat diterapkan metode diplomasi gastro, Mesir menjadi salah satu pengimpor biji kopi Indonesia terbesar yang dimana hingga pada tahun 2021 kemarin, jumlah nilai perdagangan biji kopi Indonesia dan mesir mencapai 785 miliar rupiah. Jumlah nilai perdagangan ini bahkan mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar 36,68 persen. Jumlah nilai perdagangan ini dinilai akan terus meningkat seiring dengan kondisi kebangkitan dunia khususnya mesit pasca pandemi virus corona. 

Peningkatan jumlah ekspor biji kopi di Indonesiapun memberikan dampak signifikan dimana bidang perkebunan atau agrikultur berhasil menjadi penyumbang pemasukan neraca perdagangan luar negeri negara terbesar keempat diatas karet, kokoa, dan kelapa sawit. 

Sementara itu, perkembangan nilai dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2016, Indonesia dinobatkan sebagai penghasil kopi terbaik Asosiasi Kopi Nasional. Penghargaan inipun memberikan dampak positif berupa peningkatan impor kopi Amerika Serikat sebanyak 10 persen. Nilai dagang yang pada tahun 2016 sebanyak USD 5,6 miliar mengalam peningkatan menjadi USD 6,1 miliar. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah konsumsi kopi masyarakat Amerika Serikat dan hal ini menjadi peluang bagi Indonesia selaku lima negara produsen kopi terbesar di dunia.

Perkembangan zaman membuat beberapa nilai juga mengalami perubahan, layaknya diplomasi dan konsep kekuatan. Pada mulanya diplomasi hanyalah bersifat kaku dan hanya dapat dilakukan antar negara kini bisa dilakukan oleh setiap pihak baik negara maupun swasta hingga individu sekalipun. Konsep kekuatan yang pada mulanya hanya berbicara tentang militer dan politikpun mengalami perubahan dimana terdapat aspek-aspek non militer yang juga memiliki pengaruh besar dalam struktur internasional. Diplomasi gastro merupakan contoh dari itu dimana ia memanfaatkan makanan sebagai senjata utamanya untuk memperjuangkan kepentingan luar negeri suatu negara. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun