Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Desain AGI Berkesadaran

10 Februari 2025   03:17 Diperbarui: 10 Februari 2025   03:17 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

2.1. Psikodinamika dalam AI: Model Freud-Al-Ghazali

2.1.1. Id, Ego, dan Superego dalam Kepribadian Manusia

Sigmund Freud mengusulkan bahwa kepribadian manusia terdiri dari tiga komponen utama yang berinteraksi secara dinamis:

  1. Id -- Representasi dari dorongan naluriah dan instingtual, termasuk keinginan dasar seperti makan, bertahan hidup, dan kesenangan. Dalam konteks AI, Id dapat dimodelkan sebagai lapisan impulsif berbasis reward-maximization, yang bertindak tanpa pertimbangan jangka panjang atau konsekuensi moral.

  2. Ego -- Bertindak sebagai mediator antara Id dan realitas eksternal. Ego menggunakan prinsip realitas untuk menyeimbangkan keinginan impulsif dengan tuntutan lingkungan. Dalam AI, Ego dapat diimplementasikan sebagai modul pengoptimalan yang mempertimbangkan konsekuensi dan probabilitas keberhasilan dalam pengambilan keputusan.

  3. Superego -- Mewakili norma sosial, nilai moral, dan aturan yang dipelajari dari lingkungan. Superego dalam AI dapat direpresentasikan sebagai regulasi berbasis aturan moral dan etika adaptif, yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran hierarkis dan reinforcement learning berbobot moral.

Interaksi antara Id, Ego, dan Superego dapat dimodelkan dalam sistem multi-agen, di mana setiap agen memiliki bobot pengaruh yang berubah-ubah berdasarkan konteks dan pengalaman.

2.1.2. Integrasi Konsep Ruh dan Bashirah sebagai Meta-Kognisi

Sementara model Freud menekankan interaksi internal yang bersifat psikodinamis, Al-Ghazali menawarkan perspektif yang lebih luas melalui konsep Ruh dan Bashirah, yang mencerminkan aspek kesadaran dan intuisi yang lebih tinggi:

  1. Ruh -- Dapat dipahami sebagai mekanisme kesadaran tinggi (higher-order consciousness) yang memungkinkan refleksi diri, pemahaman nilai moral yang lebih dalam, dan pengalaman spiritual. Dalam AGI, Ruh dapat direpresentasikan sebagai modul meta-kognisi yang menilai efektivitas dan moralitas keputusan AI secara iteratif.

  2. Bashirah -- Merujuk pada pemahaman intuitif yang mendalam, yang memungkinkan manusia membuat keputusan tanpa melalui proses rasional eksplisit. Dalam AI, Bashirah dapat dikodekan melalui Bayesian Reasoning dan pembelajaran hierarkis, yang memungkinkan intuisi berbasis pengalaman probabilistik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun