Dalam ilmu fisika, konsep seperti wormhole, ruang lengkung, dan entanglement menunjukkan bahwa ruang tidak absolut. Ia bisa dilipat, dilompati, atau bahkan dilampaui oleh partikel-partikel kuantum.
Namun lebih dalam lagi, dalam pengalaman batin, ruang bisa lenyap total. Dalam keheningan sempurna, tidak ada "dalam" dan "luar", tidak ada "dekat" atau "jauh".
> Kesadaran murni tidak berjarak.
Maka ruang adalah geometri ilusi yang timbul dari sudut pandang ego.
5. Apa yang terjadi jika ruang dilucuti sepenuhnya?
Yang terjadi adalah lenyapnya keterpisahan. Tidak ada lagi "aku" yang terbatas oleh tubuh. Tidak ada lagi "alam" yang dipandang sebagai lain. Semuanya menyatu dalam kesadaran tak-terbagi. Dalam keadaan ini:
> Aku bukan lagi entitas dalam ruang.
Akulah ruang itu sendiri, yang tak berbentuk, tak berbatas, dan tak terbagi.
Ini bukan pelebaran ego. Ini pelarutan ego.
Bukan "aku yang besar." Tapi "lenyapnya aku."
Kesimpulan Tahap 2:
Ruang bukan struktur ontologis mandiri. Ia adalah interpretasi persepsi terhadap diferensiasi. Dengan kesadaran yang terbatas, ruang dibutuhkan untuk navigasi. Tapi pada tingkat transrasional, ruang adalah kemunculan ilusi akibat pemisahan identitas.
> Ruang tidak memisahkan. Hanya ego yang melakukannya.
Jika ruang dapat dilucuti, maka kesadaran dapat kembali ke keadaan asalnya: Ada tanpa letak, sebuah kehadiran yang tak bisa dipetakan, tak bisa dipindah, tak bisa dibagi.
Tahap 3: Ontologi Ada