> Maka keyakinan adalah akar nilai yang menopang moralitas, makna, dan tujuan.
6. Keyakinan, Keberanian, dan Ketersingkapan
Keyakinan sejati bukan ketakutan akan ketidakpastian, melainkan keberanian untuk tetap berdiri dalam keterbukaan.
Bahkan dalam sains pun, teori besar sering dilahirkan dari hipotesis yang diyakini sebelum dibuktikan secara total.
> Dalam segala domain, keyakinan adalah pintu bagi terobosan, karena ia memungkinkan manusia bergerak melampaui yang bisa dijangkau oleh fakta semata.
Kesimpulan Tahap 6:
Keyakinan adalah jembatan eksistensial antara kerapuhan pengetahuan dan kedalaman realitas. Ia bukan musuh logika, tetapi teman nalar yang tahu kapan harus mundur agar jiwa dapat melangkah. Keyakinan yang reflektif, transenden, dan terbuka adalah titik temu antara epistemologi dan ontologi, antara manusia dan Sang Mutlak.
> Dalam keyakinan, manusia berhenti menjadi pengamat, dan mulai menjadi pengembara yang menyatu dengan tujuan akhir: kebenaran yang tak hanya diketahui, tapi diimani dan dihayati.
Tahap 7: Absolut: Pengetahuan sebagai Partisipasi dalam Realitas Transenden
Pengetahuan sejati tak berhenti pada representasi, melainkan mencapai partisipasi. Di titik ini, epistemologi bertransformasi menjadi ontologi, dan kebenaran bukan sekadar objek, melainkan Keberadaan itu sendiri.
1. Menuju Realitas yang Tak Terwakili