5. Realitas kekinian: pintu ke kekekalan
Kekinian sejati (the eternal now) bukan detik dalam jam, tapi dimensi kehadiran total di mana waktu tak lagi relevan.
Saat seseorang mengalami keterjagaan penuh, entah dalam zikir, meditasi, atau kontemplasi yang dalam, waktu runtuh. Dan muncullah:
> Kesadaran murni akan "yang ada" tanpa nama,
tanpa urutan, tanpa arah hanya kini yang mutlak.
Kesimpulan Tahap 4:
Waktu bukanlah realitas objektif, tapi kerangka yang digunakan kesadaran untuk mengorganisasi pengalaman. Dalam kedalaman kesadaran, waktu meleleh, dan yang tersisa adalah kehadiran murni yang tidak bergerak. Inilah keabadian, bukan sebagai durasi tak berujung, tapi sebagai intensitas kehadiran yang tak terbatasi oleh awal dan akhir.
> Maka keabadian bukan setelah waktu, ia selalu sudah hadir, tapi tertutupi oleh kesadaran yang tertarik pada perubahan.
Tahap 5: Intuisi: Jalan Non-Dual Menuju Kebenaran Eksistensial
Ketika akal berdiam dan indera terdiam, intuisi berbicara dalam bahasa sunyi.
1. Pengetahuan sebagai Resonansi, bukan Representasi
Dalam paradigma rasional-modern, pengetahuan dipahami sebagai representasi dunia luar dalam pikiran. Objek dipisahkan dari subjek, dan kebenaran diukur dari kesesuaian antara "ide" dan "realitas."
Namun intuisi tidak bekerja dengan cara itu.