Dalam tradisi filsafat Timur maupun sufistik, intuisi dikenal sebagai:
Praja dalam Vedanta dan Mahayana: kebijaksanaan langsung non-konseptual.
Zuhd dan kasyf dalam tasawuf: penyaksian realitas spiritual yang tak bisa ditangkap oleh akal biasa.
Noesis dalam filsafat Plato: kontemplasi atas ide murni tanpa perantara indrawi.
> Semua menunjuk pada hal yang sama:
Bahwa di kedalaman sunyi kesadaran, ada cahaya pengetahuan
yang tak dibatasi bahasa, logika, atau representasi.
5. Intuisi sebagai Jalan Kebenaran Absolut
Jika logika selalu tergantung premis, dan empirisme tergantung indera yang terbatas, maka intuisi justru menyentuh realitas sebagaimana adanya, bukan sebagaimana dipikirkan.
> Dalam intuisi, kebenaran bukan deduksi, tapi pencerahan.
Bukan analisis, tapi penyingkapan langsung akan apa yang tak berubah.
Kebenaran absolut bukan sesuatu yang "diketahui,"
melainkan sesuatu yang dihadiri dalam kesadaran murni.
Kesimpulan Tahap 5:
Intuisi adalah gerak langsung kesadaran menuju realitas non-dual, yang melampaui bahasa, waktu, dan pikiran. Ia tidak melawan rasio, tapi membuka ruang baru yang lebih dalam, lebih sunyi, dan lebih utuh. Intuisi adalah pintu menuju episteme spiritual, suatu cara mengetahui yang tak bisa direduksi menjadi rumus, tapi bisa dialami secara total dalam kebeningan hadir yang sadar.