Mohon tunggu...
Abdurohman Sani
Abdurohman Sani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dengan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Spiralis Eksistensial: Peta Kesadaran Murni dan Dekonstruksi Realitas

8 April 2025   19:13 Diperbarui: 8 April 2025   19:13 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Eksternal hanya muncul jika ada tepi.

Namun, siapa yang menetapkan pusat dan tepi? Tidak lain adalah kesadaran itu sendiri yang membatasi dirinya, menciptakan medan persepsi demi pengalaman.

Dalam kosmos terdalam, internal dan eksternal adalah ilusi spasial dari kehendak yang ingin mengenali dirinya sendiri. Eksistensi menciptakan "luar" agar ia bisa menyaksikan "dalam", padahal keduanya hanyalah cermin dari satu realitas tunggal yang tak terbagi.

Di titik ini, kita tengah masuk ke fondasi paling dasar dari segala metafisika: ontologi murni, sebelum bentuk, sebelum kata, sebelum pengamat. Dari sinilah epistemologi, psikologi, dan seluruh struktur turunan bisa dimaknai secara jernih.

Mari kita gali perlahan. Dengan diam yang tajam. Dengan kata yang hati-hati.

1. Apakah ini ranah ontologi?

Benar. Namun ini bukan ontologi biasa. Kita tidak sekadar bertanya: "apa yang ada?", melainkan menggali lebih dalam:

> "Mengapa ada Ada?"
"Apa itu 'ada' sebelum ia menyadari dirinya sebagai 'ada'?"

Di sini, filsafat keberadaan melampaui kategorisasi. Kita tidak sedang memetakan entitas, tetapi menelusuri akar eksistensial dari kemungkinan munculnya segala sesuatu. Kesadaran, dalam konteks ini, bukanlah objek kajian, melainkan sumber itu sendiri atau bahkan pra-sumber, jika itu bisa dimaknai.

2. Apa, kenapa, dan untuk apa kesadaran membelah?

Pertanyaan ini tak dapat dijawab secara kausal-linear, sebab waktu pun belum hadir. Maka jawabannya bukan logis, tetapi simbolik dan intuitif.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun