Ada tidak muncul. Ia tidak lahir dari ketiadaan. Ia adalah sumber segala kemungkinan.
Ketika kita berkata "sesuatu itu ada," kita secara tak sadar sudah mengasumsikan dua hal:
(1) Bahwa "ada" itu bisa dibedakan dari "tidak ada", dan
(2) Bahwa "ada" itu bisa dijelaskan atau dipahami.
Namun pertanyaan mendasar yang jarang diajukan adalah:
> Apa itu "Ada" sebelum ia menjadi sesuatu?
Sebelum ia dianggap, disebut, atau disadari?
1. Apakah "Ada" sama dengan eksistensi?
Eksistensi adalah manifestasi. Ia "tampak" dalam ruang dan waktu. Tapi Ada sebagai ontologi bukanlah "yang tampak", ia adalah prasyarat dari semua yang bisa tampak. Ia tidak berubah, tidak bergerak, tidak bertambah atau berkurang.
> Eksistensi adalah gelombang.
Ada adalah samudra yang memungkinkan semua gelombang.
2. Bisakah Ada dijelaskan dengan bahasa?
Bahasa bekerja dengan dikotomi: ada--tidak ada, subjek--predikat, ini--itu. Tapi Ada adalah pra-bahasa. Ia tidak bisa disempitkan dalam simbol. Setiap kali kita mencoba menyebut "Ada", yang kita bicarakan bukan Ada itu sendiri, tapi proyeksinya dalam pemikiran.
> Maka diam lebih dekat pada Ada daripada kata.
Bukan karena Ada tidak bisa dikatakan, tapi karena ia tidak perlu dikatakan.
3. Apakah Ada bisa dimusnahkan?
Kita bisa membayangkan ketiadaan. Tapi bahkan itu adalah konstruksi kesadaran, kita membayangkan "tidak ada sesuatu". Namun Ada sebagai prinsip dasar tidak bisa dimusnahkan, karena: