Mohon tunggu...
Abdurohman Sani
Abdurohman Sani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dengan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Spiralis Eksistensial: Peta Kesadaran Murni dan Dekonstruksi Realitas

8 April 2025   19:13 Diperbarui: 8 April 2025   19:13 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

2. Ilusi waktu linier dan problem identitas

Kita sering berkata: Aku yang dulu berbeda dengan aku yang sekarang.
Tapi siapa "aku" yang berkata itu?

> Jika waktu mengalir dan identitas berubah,
maka tak ada subjek yang tetap yang bisa berkata "aku berubah."
Maka satu-satunya yang konstan adalah kesadaran sebagai medan perubahan, bukan dirinya yang berubah.

Waktu linier menciptakan ilusi bahwa "dulu" dan "nanti" benar-benar ada. Padahal, keduanya hanya hidup dalam ingatan dan harapan, bukan dalam kenyataan.

3. Kekekalan bukan tanpa waktu, tapi melampaui waktu

Keabadian bukan berarti "terus-menerus selamanya dalam waktu", tapi keluar dari struktur waktu itu sendiri.
Ini bukan sekadar keyakinan religius, tapi pengalaman transrasional dalam kontemplasi terdalam:

> Saat waktu hancur dalam hening, yang tersisa bukan jam dan menit,
tapi hadir yang tak terganggu oleh sebelum dan sesudah.
Inilah keabadian aktual, bukan durasi panjang, tapi intensitas tanpa batas.

4. Kematian sebagai batas temporalitas

Kematian sering dipahami sebagai "akhir waktu" bagi individu. Tapi bagi kesadaran, kematian adalah penghentian ilusi kontinuitas ego, bukan hilangnya Ada.

> Yang mati adalah narasi, bukan eksistensi.
Yang berakhir adalah "aku" yang terikat waktu, bukan kesadaran murni.

Dengan demikian, kematian bukanlah ketiadaan, tapi transisi dari kesadaran waktu menuju kesadaran akan Ada itu sendiri, tanpa perlu membungkusnya dalam konsep religius atau metafisik.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun