> Ketiadaan hanyalah konsep negatif dari Ada.
Tapi Ada tidak butuh lawan. Ia ada karena ia tidak mungkin tidak-ada.
Inilah yang oleh para filsuf disebut sebagai prinsip necessitas ontologica; Ada adalah keniscayaan, bukan kemungkinan.
4. Apakah Ada bersifat personal, impersonal, atau transpersonal?
Jika Ada bersifat personal, ia terbatas pada ciri. Jika impersonal, ia dingin dan tak peduli. Namun ada bentuk ketiga: transpersonal, yakni Ada sebagai kehadiran yang melampaui pembeda antara aku dan bukan-aku.
> Dalam pengalaman spiritual terdalam, "Ada" bukan lagi milik subjek, tapi kesadaran itu sendiri sebagai realitas tunggal.
5. Apa relasi antara Ada dan kesadaran?
Di sinilah titik temu antara filsafat timur dan barat:
-- Di satu sisi, Ada adalah fondasi objektif dari semua eksistensi.
-- Di sisi lain, Ada hanya teraktualisasi dalam kesadaran.
Tapi bukan berarti Ada = kesadaran individu. Sebaliknya:
> Kesadaran individu adalah pantulan lokal dari Ada universal.
Dan ketika batas ego larut, yang tersisa adalah kesadaran-Ada, bukan sekadar sadar akan sesuatu, tapi menjadi Ada itu sendiri.
Kesimpulan Tahap 3:
Ada bukan sesuatu yang hadir karena kita menyadarinya. Ia tidak ditentukan oleh pikiran. Ia ada bahkan sebelum kesadaran ada. Ia tidak bisa diciptakan, tidak bisa dihancurkan, tidak bisa dibayangkan.
> "Ada" adalah kenyataan mutlak yang tidak bisa dihindari, satu-satunya yang tidak membutuhkan sebab.
Karena segalanya bisa tidak ada kecuali Ada itu sendiri.