"Kamu nyaman ya, jadi diri sendiri?"
Dia angkat alis. "Maksudnya?"
"Maksudku... kamu nggak maksa buat keliatan keren. Atau kaya. Atau pintar."
Dia mengangkat bahu.
"Ngapain? Kalau gak bisa jadi diri sendiri, nanti malah kayak... ikut pesta orang tapi nggak kenal siapa-siapa."
Aku nyengir. "Kamu nyindir aku?"
Dia ketawa. "Nggak. Tapi kamu juga keliatan beda malam ini."
Aku memandang mangkokku.
"Aku juga ngerasa beda."
Malam itu, tanpa musik pesta, tanpa lampu mewah, tanpa parfum mahal dan formalitas, aku merasa benar-benar jadi Cindy---yang gak perlu jadi siapa-siapa.
Hanya cewek yang duduk di warung mie celor, bareng cowok yang tampangnya Judes dan ngeselin.