Mohon tunggu...
bucek molen
bucek molen Mohon Tunggu... Konsultan

Pernah tinggal di banyak kota, mencintai beberapa orang, dan menyesali hampir semuanya. Menulis bukan untuk didengar, tapi agar suara-suara dalam kepala tak meledak diam-diam. Tidak sedang mencari pengakuan, hanya menaruh serpihan hidup di tempat yang tidak terlalu ramai.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Cinta Segitiga yang Aneh di Sekolah Favorit

10 Juli 2025   14:22 Diperbarui: 12 September 2025   07:03 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu Angga datang.
Telat, seperti biasa.
Tapi kali ini... dia pakai jaket bomber warna biru tua.
Dari kejauhan, dia keliatan biasa aja.

Tapi waktu dia nyamperin  dan nyodorin satu kado, aku diem.

Bungkusnya... cuma kertas koran yang digambarin pakai spidol warna.

aku buka pelan-pelan.
Dan isinya...

Lukisan

Potret hitam putih.

AKU — versi lebih muda. Senyum kecil yang aku bahkan hampir lupa pernah kumiliki. Pakai seragam sekolah, rambut diikat ponytail seperti yang dulu sering kulakukan tanpa banyak alasan.
Gambar itu dibuat dari pensil 2B.
Bukan karya pelukis terkenal. Tapi... entah kenapa, terasa lebih jujur dari foto manapun yang pernah kuambil.

Garis-garisnya halus, penuh ketelatenan.
Bayangannya tajam tapi lembut, seperti dibuat dengan napas yang sabar. Ada lekukan pipi, bulu mata yang samar, dan bekas cekungan lesung pipit yang hanya muncul kalau aku benar-benar bahagia.

Dan yang paling bikin dada aku hangat...

Adalah kenyataan bahwa Angga pernah diam-diam memperhatikanku sedalam itu.
Yang melihat bukan hanya rupa, tapi suasana. Yang menggambar bukan hanya wajah, tapi juga perasaan.

Kadang, yang paling sederhana...
justru yang paling diingat seumur hidup.
Bukan karena nilainya, bukan karena megahnya. Tapi karena diam-diam, ia menyimpan kita... utuh. Pada versi yang mungkin sudah lama hilang, di tengah dunia yang terus berubah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun