Dia kayak nggak nyadar nada suaraku mulai dingin. Malah lanjut cerita soal betapa ketinggalannya sistem sekolah di Indonesia dibanding Australia.
Sumpah. Aku udah mau gulung poster dan pulang.
Bab 2 -- Pesta, Sopir, dan Obrolan yang Garing
Beberapa hari setelah Marcel resmi jadi anak baru yang "beda sendiri," sebuah undangan ulang tahun mulai beredar.
Cherry Novia namanya, dari kelas sebelah---rumahnya katanya punya bioskop pribadi.
Semua orang membicarakan pesta itu.
Termasuk Marcel.
Siang itu, dia nyamperin aku saat aku sedang membaca di bangku panjang dekat taman sekolah.
"Cindy," katanya sambil senyum manis. "Kamu datang ke pesta itu, kan?"
Aku menutup bukuku perlahan.
"Mungkin."
"Kalo kamu mau, aku bisa jemput kamu," katanya ringan.
Aku diam sebentar. Lalu mengangguk.