Mohon tunggu...
Ariel Matsuyama
Ariel Matsuyama Mohon Tunggu... Novelis - A man who will rule everything

Bertarung atas nama Dendam

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FanFic] Kamen Rider Blitzer (Episode 2: Gerombolan Raja Minyak)

12 Juni 2019   15:00 Diperbarui: 12 Juni 2019   15:19 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Dua anak Aiko yang berambut jabrik dan berambut panjang sebahu terlihat sangat senang karena ibunya tidak pulang dengan tangan hampa.

Aiko lalu memasak makanan yang ia bawa, dan setelah matang langsung ia hidangkan untuk anak-anaknya. Anak-anak Aiko pun sangat bersyukur bisa makan hari ini.

Komplek Shinkuudere, Kota Zippon - Jepang, Sabtu 11 Januari 2020, pukul 06:00.

Di ruang dojo besar nan luas Ariel sang 'Kamen Rider Blitzer' yang mengenakan kaos merah dan celana panjang hitam--yang sama seperti yang ia kenakan kemarin sore--melatih fisiknya. Ia melakukan push up dengan dua tangan mengepal, lalu satu tangan dengan tangan kanan dan kiri sebagai penopang secara bergantian dan juga mengepal, itu semua ia lakukan sebanyak 100 kali. Sit up ia lakukan juga 100 kali, begitu pula squat jump. Dilanjutkan dengan angkat barbel kecil yang beratnya 20 kilo di tangan kanan dan kirinya sebanyak 100 kali. Lalu angkat barbel besar seberat 100 kilo di atas matras berkaki empat sebanyak 100 kali pula. Kemudian ia bergelantung di sebuah alat besi panjang yang menempel di dinding satu ke dinding lainnya dan menaik turunkan tubuhnya sebanyak 100 kali. Terakhir, ia memukul-mukul dan menendang-nendang 'sandsack' berkali-kali dengan jurus-jurus 'beladiri' yang ia miliki. Tubuh Ariel tidaklah kekar, ototnya cenderung kecil, tapi terlihat padat dan sangat terlatih.

Selesainya latihan fisik, Ariel pergi meninggalkan dojo menuju kamar mandi. Usai mandi dan lain sebagainya, ia berjalan ke kamarnya dan membuka lemari pakaian berwarna hitam. Di dalam lemari tersebut banyak sekali jaket kulit yang menggantung dengan bentuk dan warna yang serupa seperti jaket yang kemarin ia pakai. Selain itu, juga ada banyak kaos merah dan celana panjang hitam yang sama seperti yang ia kenakan saat ini. Ariel mengganti pakaiannya dengan salah satu kaos, jaket, dan celana panjang yang ia ambil dari lemari tersebut. Tidak ketinggalan ia melipat lengan jaketnya hingga batas siku.

Lalu Ariel berkaca dan menyisir rambutnya yang masih berantakan. Ia menyisir poninya ke arah samping kanan. Kemudian ia mengambil sepasang sarung tangan hitam seperti yang ia gunakan kemarin dari dalam laci atas meja belajar luasnya yang dihiasi 'lampu belajar', meski jumlah sarung tangan itu ada beberapa pasang ia hanya mengambil sepasang dan memakainya. Ia juga mengambil kalung yang kemarin melingkar di lehernya dari dalam laci yang sama kemudian memakai kalung tersebut. Setelah itu, ia menekan beberapa tombol hitam yang ada di permukaan atas sebuah wadah baja kotak berwarna perak yang setiap sudutnya dihiasi motif kotak dan di permukaan depannya tertera tulisan 'Codename: Blitzdrive' berwarna merah. Wadah kotak itu terletak di samping lampu belajar. Tidak butuh waktu lama, lampu merah yang ada di samping tombol yang ditekan Ariel berubah warna menjadi hijau dan bagian atas kotak tersebut terbuka. Di dalamnya ada sebuah benda putih agak elips yang kemarin Ariel gunakan untuk berubah wujud menjadi Kamen Rider Blitzer. Ia lalu mengambil benda dengan nama Blitzdrive itu dan menyembunyikannya di balik jaket bagian samping kanannya, yang mana di balik jaket itu menempel beberapa potong 'magnet' yang membuat sabuk tersebut merekat disana. Tak lupa, ia menutup kembali kotak tersebut. Tidak ada seorang pun yang bisa membuka kotak itu sekalipun ia hacker terhebat, kecuali pemiliknya sendiri dengan kombinasi 'password' yang benar. Setelahnya, Ariel mengambil 'smartphone' hitam berlambang seperti lambang di kalungnya dan berwarna merah di belakangnya yang hanya memiliki satu tombol besar di permukaan bawah layarnya yang tergeletak di atas meja belajarnya lalu mengantongi smartphone itu di saku sebelah kanan celana panjangnya. Tidak ketinggalan dompet hitam yang tergeletak di meja belajarnya ia masukkan ke dalam saku sebelah kiri belakang celananya. Kemudian ia mengambil 'parfum' yang berdiri di atas meja belajarnya. Parfum bermerek 'Red Locust' dengan tulisan merah serta gambar bayangan belalang di atasnya tersebut ia semprotkan ke seluruh tubuhnya. Ia lalu mengambil beberapa buah buku dari rak buku yang terletak disamping lemari pakaian. Buku-buku yang diambilnya sesuai dengan jadwal pelajaran kuliahnya 'hari ini' yang tertempel di dinding. Kemudian ia memasukkan buku-buku itu ke dalam tas gemblok berwarna hitam bercorak merah di bagian-bagian sudutnya yang tergeletak di lantai lalu memakainya. Terakhir, ia mengambil lalu memakai kaos kaki dan sepatu kets seperti yang kemarin dipakainya yang ada di rak sepatu warna biru, walau kaos kaki dan sepatu tersebut ada banyak, ia hanya mengambil masing-masing sepasang. Setelah itu ia keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, pemandangan yang pertama kali Ariel lihat adalah meja makan besar berwarna abu-abu dengan taplak berwarna oranye. Di atas meja tersebut terhidang dua jenis makanan yaitu steak sapi dan roti tawar lengkap dengan selai cokelat. Steak sapi terletak di atas piring ceper besar warna putih, sedangkan roti tawar terletak di atas piring ceper kecil berwarna serupa. Selain makanan ada segelas air putih, segelas susu cokelat, serta aneka jenis buah-buahan yang ditaruh di dalam keranjang kayu. Kursi-kursinya yang terbuat dari kayu jati dengan bantalan putih empuk nampak tersusun rapih memperindah ruang makan yang cukup besar tersebut. Seorang pria paruh baya berdiri di arah belakang meja makan itu. Ia mengenakan kemeja putih berlapis jas hitam dan celana panjang hitam. Kepala bulatnya dihiasi Rambut pendek yang penuh dengan uban.

"Selamat pagi, Tuan Ariel," sapa pria paruh baya tersebut sambil tersenyum, membuat mata sipitnya menjadi tambah sipit. "Sarapannya seperti biasa," lanjutnya. Kerutan-kerutan di wajahnya nampak jelas. Hidung pria itu mancung, bibir dan mulutnya kecil, alis matanya tipis, dan daun telinganya agak besar. Ia mempersilahkan Ariel duduk dengan bahasa isyarat.

Ariel pun melangkah ke arah salah satu kursi makan dan kemudian duduk.

"Tuan Ariel, nanti sore ada rapat peresmian cabang baru perusahaan milik tuan. Sebagai pemilik perusahaan, tuan diwajibkan datang dan tidak boleh diwakilkan," kata pria tua itu.

"Apa tidak bisa dibatalkan dulu, Tokuo?" balas Ariel yang kemudian mengambil pisau dan garpu yang tergeletak di samping kanan piring steak sapi untuk memotong steak sapi tersebut. "Aku sedang tidak mood ikut rapat hari ini."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun