"Tapi kau memang sangat cantik kok," timpal Fumiko. "Bukan hanya dosen yang menilai seperti itu, tapi hampir semua mahasiswa dan mahasiswi di kelas."
"Hehe... Terimakasih." Semburat merah kembali muncul di kedua pipi Izumi.
Tiba-tiba, ketika Izumi melihat sekelilingnya, matanya menangkap sosok laki-laki yang pernah ia temui sebelumnya tengah berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana bagian samping kanan dan kirinya ke arah yang sama dengan tempat Izumi duduk. Laki-laki itu ialah Ariel Matsuyama.
"Ada apa?" tanya Fumiko pada Izumi yang daritadi memelototi sesuatu.
"Ada yang kenal dengan laki-laki itu?" Tunjuk Izumi pada laki-laki tersebut.
Fumiko pun melihat arah tunjukan Izumi. "Ohh... Dia. Namanya Ariel. Ariel Matsuyama. Sebenarnya dia satu kelas dengan kita, tapi dia dapat dispensasi dari kampus untuk mewakili Jepang dalam turnamen catur sedunia. Makanya, dia baru datang jam segini."
"Apa dia sehebat itu??" tanya Izumi dengan dahi mengernyit
"Tentu saja," jawab Fumiko. "Dia itu jenius dan mampu melakukan hampir segala hal secara sempurna. Ia selalu mendapat peringkat pertama di kampus dan sering mewakili Jepang dalam banyak olimpiade. Karena hal itu ia pernah beberapa kali tampil di televisi dan koran. Dan dia itu teman dekatku."
"Teman dekatmu?? Wah aku ketinggalan berita ternyata. Maklum, jarang nonton televisi apalagi membaca koran," ucap Izumi dengan ekspresi malu. "Dan dapat melakukan hampir segala hal secara sempurna?? Aku baru tahu ada orang seperti itu di dunia ini."
"Dia memang ada. Dan semenjak ada dia di kampus ini, tindakan bullying semakin berkurang. Ia sangat membenci tindakan bullying dan selalu membela kaum yang lemah dan suka dibully. Para pelaku bullying di kampus ini dibuat kapok olehnya, hingga banyak orang yang takut. Karena hal itu dia mendapat julukan 'Jagoan Anti Bully'." Fumiko menjelaskan.
"Waw!!" seru Izumi.