Tentu saja hal tersebut membuat mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sekitar situ.
Namun meski begitu, Ariel tetap tidak bergeming. Ia hanya diam dan menatap datar ke depan.
Tak jauh dari sana, sepasang mata biru kecil dari seorang gadis berambut panjang ikal berwarna cokelat tengah menatap Izumi yang sedang memeluk Ariel dengan tatapan penuh kebencian. Ia memiliki wajah oval, alis mata tipis menyambung, bulu mata lentik, hidung mancung ke bawah, mulit kecil serta bibir tipis, daun telinga yang besar, dan kulit putih bersih. Baju yang dikenakannya adalah kaos ketat lengan pendek warna biru dibalut dengan rompi ungu tanpa lengan, rok mini berwarna hitam tidak ketinggalan menghiasi bagian bawah tubuhnya, sepatu hak tinggi warna merah mempercantik kaki gadis tersebut. Disamping gadis itu, ada dua gadis lagi, satu di kanan dan satu di kiri. Yang di sebelah kanan rambutnya dikuncir ke belakang dan mengenakan topi ungu bergambar anjing di bagian tengahnya, berkulit putih bersih pula, berwajah bundar, beralis tebal, berbulu mata biasa, bermata sipit nan sayu, berhidung pipih, dan mulut kecil serta bibir tipis. Sementara yang di sebelah kiri rambutnya tergerai panjang dan lurus, wajahnya segitiga, alis dan bulu matanya tipis, matanya bulat lebar, hidungnya pipih, serta mulutnya kecil dengan bibir yang cukup tebal, kulitnya juga putih bersih. Uniknya, mereka bertiga memiliki tubuh langsing dengan ukuran dada serta bokong yang besar dan mengenakan pakaian serta sepatu yang sama, warna rambut yang sama, dan tinggi tubuh yang sama pula yakni 168 sentimeter.
"Yamanaka, berani benar anak baru di kelas kita itu memeluk Ariel!" ujar gadis yang dikuncir ke belakang dan mengenakan topi pada gadis berambut ikal.
"Ya, Haku. Dia tidak bisa kuampuni!" ucap Yamanaka, membalas perkataan gadis dikuncir dan bertopi itu.
Gadis berambut tergerai panjang dan lurus menatap Yamanaka. "Bagaimana kalau kita beri dia pelajaran? Agar dia tahu siapa kita."
"Ide yang bagus, Sasame." Yamanaka tersenyum sinis.
Di siang hari, dimana bel berbunyi menandakan kuliah telah berakhir. Para mahasiswa dan mahasiswi Aizawa University bergerombol keluar dari kampus untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun, tidak dengan Izumi. Karena Yamanaka dan teman-temannya menyeret a ke tempat sepi.
"Apa-apaan ini?? Lepaskan aku!" teriak Izumi sembari berusaha memberontak dari kedua teman Yamanaka yaitu Haku dan Sasame yang memeganginya walau itu percuma karena tenaga Haku dan Sasame jauh lebih kuat.
Yamanaka menghampiri Izumi lalu memegang pipinya dengan kasar hingga pipi Izumi mengempot. "Hei, anak baru! Kuperingatkan kau, jangan coba-coba dekati Ariel, apalagi sampai memeluknya seperti tadi pagi!"
"Memangnya kau siapa melarang-larangku seperti itu, hah?!" bentak Izumi setelah Yamanaka melepaskan cengkraman dari pipinya.