Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bandung Beraksi

4 Mei 2020   07:49 Diperbarui: 4 Mei 2020   07:59 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Rika mendongak dan melepaskan pandangan matanya ke langit berawan yang membentang di hadapannya. Tidak ada bangunan yang lebih tinggi di sekelilingnya sehingga dia dapat melepas kebosanan sejenak dengan menatap cakrawala dengan leluasa. 

Tempatnya berada sekarang di lantai sembilan Hotel Citradream juga merupakan lokasi paling pas untuk mengamati keramaian di Jalan Pasirkaliki sampai ke Jalan Arjuna. Kamar tipe superior ini adalah satu-satunya kamar dengan jendela yang bisa dibuka lebar karena merupakan kamar bebas merokok. 

Rika menempelkan lagi matanya ke periskop senapan dan mengaturnya untuk mendapatkan sudut pandang ke arah yang dia inginkan. 

Tangannya yang terbungkus sarung tangan tipis membuat gerakan seperti sedang merapikan rambutnya yang tertiup angin. Sebenarnya rambutnya itu tidak perlu dirapikan karena sudah dipotong sangat pendek hingga memperlihatkan tengkuk, dahi, dan telinganya. Namun Rika merasa tegang sehingga perlu menyalurkannya lewat gerakan-gerakan yang bisa meredakan ketegangannya. 

Rika lalu bangun dari kursi untuk berdiri meregangkan otot-otot bahu dan lehernya. Dia sudah mengawasi jalanan selama sembilan puluh menit. Tapi yang paling utama dia harus mengamati setiap orangkendaraan yang keluar-masuk Kantor Kelurahan Arjuna. 

Ini pertama kalinya Rika berada dalam tugas yang membutuhkan perhatian dan kewaspadaan tinggi. Pada tiga tugas sebelumnya dia mengawasi penculik yang menyekap anak kepala kecamatan, menggagalkan transaksi pengedar obat terlarang di sekolah dasar, dan melumpuhkan empat kawanan residivis rampok di rumah persembunyian mereka. 

Tapi semua itu tugas ringan karena pelaku dan kejahatannya sudah diketahui sehingga tidak menegangkan seperti tugasnya saat ini. 

Sekarang dia jadi ingin minum kopi banyak-banyak untuk merangsang sarafnya agar tetap waspada. Tapi tentu saja tidak bisa, kopi akan membuatnya buang air kecil lebih sering. Dia tidak bisa bolak-balik ke kamar mandi untuk kencing sementara dia harus mengawasi orang-orang dan kendaraan di bawah sana. 

Rika kembali mengintip dari balik senapan runduk Pindad SPR2 yang ditaruhnya diatas tripod. Tubuhnya---setinggi seratus lima puluh tujuh sentimeter---kelihatan tak sebanding dengan senapan yang dipegangnya. Berat senapan yang sudah dimodifikasi itu lima belas kilogram, seperempat dari berat badannya yang empat puluh lima kilogram. 

Dari balik senapannya dia bisa melihat bahwa jalanan pada pukul setengah sembilan pagi itu padat oleh motor, mobil, bus, angkutan kota, pejalan kaki yang lalu-lalang, dan enam pedagang kaki lima yang menata dagangan di trotoar. Dari semua kepadatan disana mata Rika menangkap satu angkutan kota yang datang dari arah Jalan Rajawali Timur. Sesuai nomor trayek di kacanya, angkutan itu akan berhenti di Pasar Jatayu setelah melewati Jalan Arjuna. 

Tapi ketika ada orang yang memberhentikan, angkutan itu tidak berhenti, padahal pintunya terbuka. Diteropongnya sekali lagi angkutan itu untuk memastikan apakah ada sesuatu dengan angkutan itu atau tidak. Angkutan itu lagi-lagi tidak berhenti saat seorang ibu menyetopnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun