Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bandung Beraksi

4 Mei 2020   07:49 Diperbarui: 4 Mei 2020   07:59 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Rika membidik orang yang berdiri paling dekat dengan posisi Drew tiarap. Peluru menembus kulit orang itu. Darah mengalir dari kakinya yang tertembus peluru dan membuatnya roboh. 

Senapan dalam genggamannya lepas karena tangannya memegangi kakinya yang berdarah. Dia menjerit-jerit kesakitan. 

Drew mengambil kesempatan itu untuk mendongakkan kepala dan melihat keadaan di luar pos. 

Teman-teman si tertembak marah ada rekan mereka yang terluka. Mereka melihat ke sekeliling, mencari siapa yang menembak teman mereka, lalu menembaki atap dengan ganas karena mengira penembak jitu ada di atas mereka. 

Tiba-tiba dua orang dari mereka menjerit kesakitan dan jatuh memegangi pahanya. Orang yang bercelana tactical abu-abu berteriak-teriak marah sekaligus panik melihat rekannya jatuh karena takut dia akan tertembak juga. 

Drew berguling keluar dari pos jaga dan membidik laki-laki itu. Sedetik kemudian peluru pelemah saraf membuat orang tersebut tak bisa bergerak dan jatuh lunglai. Dua orang lagi ikut roboh secara tiba-tiba sambil mengerang-erang kesakitan. 

Rika menembak lutut mereka dari jarak satu kilometer. Berbarengan dengan Rika, Drew menembak dua orang yang masih tersisa menggunakan pistol pelemah saraf. 

Kedua pelaku teror itu dalam sekejap tak bisa bergerak dan hanya mata mereka yang murka serta mulut mereka saja yang masih bisa digunakan untuk bersumpah serapah. Kini tujuh orang bersenjata itu sudah dilumpuhkan. 

Ikbal, Drew dan Julian bersicepat mengumpulkan senjata dari para penyerang dan menaruhnya didalam pos. Satpam di dalam pos jaga masih gemetaran ketika Ikbal meminta mereka menjaga senjata itu sampai polisi datang. 

Mereka lalu berjalan terpisah dan berusaha secepat mungkin kearah Jalan Pasirkaliki dimana Jee sudah menunggu di seberang Hotel Citradream. 

"Check out, Rika. Ke mobil!" seru Ikbal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun