Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bandung Beraksi

4 Mei 2020   07:49 Diperbarui: 4 Mei 2020   07:59 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ikbal mengangguk, "Betul, komandan." 

Kalangan polisi mengenal akademi itu sebagai kampus eksklusif berisi para mahasiswa jenius yang kurikulumnya menyontek akademi kepolisian. Sementara kalangan tentara mengenalnya sebagai akademi paramiliter yang melatih mahasiswanya seperti tentara, bahkan dengan teknologi menyerupai yang dipakai tentara. 

Kerumunan orang menyemut di sekitar mereka. Beberapa orang merekam penggeledahan itu dengan telepon seluler mereka. 

Julian, Drew, dan Rika makin gelisah dengan banyaknya orang yang merekam mereka. Dalam beberapa menit saja foto dan video berisikan wajah mereka pasti muncul di media sosial. Jika sampai viral maka media arus utama juga ikut menyiarkan mereka. Menjadi terkenal akan mengganggu jika mereka harus keluar kampus untuk melakukan tugas lapangan lagi. Hanya Jee yang tidak gelisah, dia sama tenangnya dengan Ikbal karena yakin jika pun terkena masalah, orangtuanya pasti membereskannya, berapapun biaya yang diperlukan. Menjadi terkenal juga tidak masalah, karena sebelumnya sudah banyak orang yang mengenali diri dan keluarganya. 

"Senjata-senjata ini milik kalian?" tanya komandan polisi merujuk pada kantong transparan ditangannya. Ikbal yang menjawab, 

"Bukan, komandan, itu milik Akademi." 

"Kalian ada di lokasi kejadian saat sopir angkutan yang membawa dinamit itu pingsan?" tanya sang komandan. 

Ikbal mengangguk tanpa ragu, "Iya, kami disana." 

"Kalian yang melumpuhkan?" 

"Benar, Komandan." 

"Kalian juga yang melumpuhkan orang-orang bersenjata yang menembaki sekolah?" Ikbal baru akan membuka mulutnya untuk menjawab tapi sebuah news van berhenti dekat mereka dan seorang wartawati tergopoh-gopoh mendatangi komandan polisi, memperkenalkan dirinya dan minta waktu sekarang juga untuk siaran langsung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun