Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bandung Beraksi

4 Mei 2020   07:49 Diperbarui: 4 Mei 2020   07:59 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ketujuh orang itu sudah mengokang senapan lalu masuk ke halaman depan sekolah. 

Drew lincah menyelinap ke pos jaga di belakang sekelompok orang itu tepat sebelum masing-masing menembakkan dua peluru ke udara. 

Teriakan kaget anak-anak sekolah menengah pertama itu bersahutan mendengar suara keras menghajar pagi mereka yang tenang. Lalu jerit tangis histeris pecah kala mengetahui suara keras itu berasal dari orang-orang dewasa yang menenteng senjata masuk ke sekolah mereka. 

Sebelas siswa perempuan---yang sedang mengikuti pelajaran olahraga di halaman sekolah---pingsan disebabkan kaget yang tidak terkira karena mereka melihat langsung orang-orang asing menembakkan senapan dihadapan mereka. 

Para guru dan murid berhamburan keluar kelas, tapi lebih banyak siswa yang menangis bersembunyi di bawah meja. 

Guru-guru wanita menangis mendapati orang-orang bersenjata ada di hadapan mereka. Mulut mereka menderas doa sambil menahan ngeri membayangkan bahwa sasaran tembakan selanjutnya bisa saja mereka, bukan lagi udara kosong. Para guru laki-laki sama ketakutannya, pucat pasi, mereka diam dalam degup jantung yang kencang, keringat dingin, dan tubuh yang gemetar. 

Drew tiarap di depan pos jaga bersama dua satpam yang terus melafalkan istighfar dan takbir.

Ikbal dan Julian yang berada lima belas meter dari gerbang sekolah sudah lebih dulu tiarap saat mendengar bunyi tembakan. Suasana di jalanan riuh. 

Orang-orang berteriak dan saling bertanya apa yang sedang terjadi sambil menunjuk-nunjuk ke arah sekolah. 

Banyak yang menjauh karena tak ingin kena imbas, tapi lebih banyak lagi yang mendekat penasaran ke sumber suara tembakan. 

Ikbal masih dalam posisi tiarap. "Rika, tembak!" perintah Ikbal sekencang yang bisa dia ucapkan dalam suara berbisik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun