"Saat ini ada tujuh orang yang berkumpul di halte bus dekat sekolah. Mereka datang dari arah berbeda dan tidak berbarengan, tapi menenteng tas yang sama. Mau tahu apa isi tas mereka?" ujar Drew pada Ikbal.Â
Ikbal menahan napas karena firasat bahwa Drew akan mengatakan sesuatu yang tidak enak, "Apa?"Â
"Senapan laras panjang SS3," cetus Drew yakin.Â
Ikbal menghentikan langkahnya, "Buatan Pindad?!" Apa mereka polisi yang menyamar?"Â
"Mereka tidak seperti polisi. Wajah mereka kaku dan tegang. Oh, mereka bergerak, aku mengikuti mereka sekarang," kata Drew bergerak meninggalkan kursinya.Â
Ikbal merasa bersyukur belum meminta Rika turun dari kamar hotelnya. "Rika, ikuti Drew. Julian, ikut aku ke tempat Drew. Jee, maaf, kau bosan, tapi kau harus tetap di mobil dan tolong jangan kemana-mana," Ikbal memberi perintah kepada teman-temannya.Â
Julian dan Ikbal berjalan setengah berlari secepat mereka bisa.Â
Tiba-tiba Drew merasakan sesuatu yang tidak enak dalam benaknya, "Ikbal, mereka masuk ke sekolah!" Drew seketika membayangkan betapa ngerinya jika ketujuh orang bersenjata itu ternyata pelaku teror.Â
"Aku akan masuk juga," Drew cepat mengabari.Â
"Hati-hati, Drew! Kami sedang ke arahmu." Orang-orang yang diikuti Drew sudah sampai di gerbang sekolah. Salah seorang diantaranya mengambil senapan dari dalam tas lalu menembak gembok gerbang sampai hancur.Â
Dua orang satpam yang ada di pos jaga kaget dan spontan tiarap sambil memegangi kepala mereka.Â