Sang komandan polisi tak menghiraukan si wartawati karena menunggu jawaban dari Ikbal.Â
"Apa kalian yang melumpuhkan mereka?" ulangnya.Â
Ikbal mengangguk, "Betul, komandan."Â
Sang komandan memandang mereka dengan tatapan tak percaya sekaligus takjub.Â
Bagaimana mereka mengetahui akan ada aksi teror di wilayah kepolisian yang dipimpinnya. Apa mereka bekerjasama dengan badan intelijen atau mereka punya intel sendiri, kelebatan pertanyaan muncul di benak sang komandan.Â
Si wartawati dari stasiun televisi terus memaksa agar diberikan izin untuk siaran langsung. Tapi perhatian sang komandan masih tertuju pada anak-anak muda di depannya.Â
"Ini kami kembalikan," sang komandan kemudian menyerahkan kantong berisi senjata beserta SIM dan STNK ke tangan Ikbal,Â
"Kalian boleh pergi sekarang."Â
"Terima kasih, komandan," jawab Ikbal diikuti desahan lega Rika, Julian, dan Drew.Â
"Terima kasih," komandan polisi itu menjabat tangan mereka satu persatu.Â
Si wartawati yang dari tadi mengikuti apa yang dilakukan sang komandan makin bangkit naluri jurnalistiknya.Â