Seketika Rika mengarahkan kamera telenano yang tertanam pada fitur senapannya dan menyisir isi angkutan itu. Selama dua detik dia tidak yakin dengan apa yang dilihatnya jadi disisirnya sekali lagi angkutan kota itu. Setelah yakin bahwa dia menemukan benda berbahaya di dalamnya,Â
Rika mengambil foto si sopir lalu menghubungi temannya.Â
"Ikbal, angkutan kota M15 warna hijau yang menuju ke arahmu itu membawa lima dinamit, lima granat, dan dua jerigen yang entah isinya apa," katanya menjelaskan apa yang dilihatnya melalui earpiece.Â
Suara Ikbal menyiratkan keheranan, "Dinamit?"Â
"Ya, aku yakin itu dinamit." "Trims, Rika," jawab Ikbal.Â
Ikbal memencet tombol kecil di gagang kanan kacamata pintarnya untuk mengubah lensanya jadi teropong. Diaturnya sedikit kacamata itu untuk memberikan jarak pandang yang lebih jauh. Tiga detik kemudian dia menemukan angkutan yang dimaksud Rika.Â
"Aku melihatnya," katanya.Â
Ikbal mengalihkan komunikasi earpiecenya pada Julian, "Julian, angkutan M15 yang kearahmu didalamnya ada dinamit. Tembak bannya dan buat sopirnya pingsan."Â
Julian sedang berada di warung soto yang berjarak seratus meter dari kantor Kelurahan Arjuna dan baru saja menaruh gelas tehnya ke meja.Â
"Oke," jawab Julian melalui earpiece di telinga kirinya.Â
Tangan kanan Julian refleks memegang pistol di pinggang, bersiap mengeluarkannya dalam jarak yang tepat ketika mendekati sasaran.Â