dari Rasulullah dan sahabat, lalu menambahinya dengan nalar dan ijtihad tanpa melepaskanÂ
diri dari teks utama. Tradisi ini terus berlanjut pada generasi sesudahnya. Sementara itu, diÂ
luar tradisi Islam, Aristoteles dikenal sebagai tokoh yang merumuskan epistemologi BurhaniÂ
melalui logika mantiq, mencakup pembahasan tentang alam, manusia, dan Tuhan. IaÂ
menyebut logika tersebut sebagai metode analitik, yang lebih menekankan pada sisiÂ
epistemologis dibanding sekadar logika formal. Hingga kini, filsafat modern banyakÂ
menempatkan epistemologi Burhani untuk menghadirkan pengetahuan yang valid mengenaiÂ
realitas empiris, bukan lagi sebatas proposisi metafisika.Â
Al-Syafi'i dalam kerangka metodologi membagi bayan ke dalam lima tingkatan (PutriÂ
et al., 2025):Â
(1) bayan yang tidak memerlukan penjelasan karena telah dinyatakan secara gamblang dalamÂ