indera, melainkan diperoleh melalui latihan spiritual (riydhah) dan kesungguhanÂ
(mujhadah). Kaum Irfaniyyun tidak terjebak dalam mitologi, tetapi berusaha menggaliÂ
hakikat terdalam di balik syari'ah, memahami makna isyarat atau simbolik (al-dallah alishrah aw al-ramziyyah) yang tersembunyi di balik makna lahiriah teks (al-dallah allughawiyyah). Menurut Muthahari, Irfani mencakup dua aspek penting, yakni praktis danÂ
teoritis. Aspek praktis membahas relasi manusia dengan alam serta dengan Tuhan, yangÂ
kemudian dikaji melalui etika dan kewajiban spiritual. Adapun aspek teoritis menelaahÂ
hakikat manusia, semesta, dan Tuhan, sehingga memiliki kesamaan dengan filsafat yang jugaÂ
Perkembangan pemikiran Irfani dapat dibagi ke dalam lima fase historis. FaseÂ
pertama terjadi pada abad pertama hijriah, yang dikenal sebagai fase pembibitan. Pada masaÂ
ini, Irfani belum terlihat jelas dan belum dikenal secara luas, meskipun para tokoh IrfaniÂ
memperoleh pendidikan spiritual langsung dari Rasulullah dan para sahabatnyaÂ
(Thabathaba'i). Fase kedua adalah fase kelahiran, yang muncul pada abad kedua hijriah. PadaÂ