berlangsung pada abad ke-6 hingga ke-7 hijriah. Pada tahap ini, Irfani mengambil bentukÂ
praksis dalam bentuk asketisme yang lebih mendalam. Praktik zuhd, yang sebelumnyaÂ
didorong oleh rasa takut akan siksa atau harapan pahala, kemudian bertransformasi menjadiÂ
pengabdian murni yang dilandasi cinta kepada Tuhan. Pada periode inilah lahir karya-karyaÂ
penting yang memperkaya khazanah Irfani, seperti al-Luma' fi al-Tashawwuf karya AbuÂ
Nasr al-Sarraj al-Tusi dan Qt al-Qulb karya Abu Thalib al-Makki (Nasrudin, M., Santoso,Â
F. S., Budiutomo, T., & Kaswati, 2022).Â
Dalam tradisi Irfani, konsep dzhir dan bthin dijadikan landasan berpikir dalamÂ
memahami realitas. Cara pandang mereka berangkat dari aspek batin menuju dzahir, dariÂ
makna menuju lafadz. Bagi kalangan Irfaniyyun, batin merupakan sumber pengetahuanÂ
karena ia mengandung hakikat, sedangkan dzahir teks hanyalah pancaran yang menyingkapÂ