hakikat. Al-Jabiri mencontohkan hal ini pada Abu Hamid al-Ghazali, yang menegaskanÂ
bahwa makna hakiki Al-Qur'an terletak pada aspek batinnya, bukan dzahirnya. DemikianÂ
pula, al-Muhasibi menyatakan bahwa setiap ayat Al-Qur'an memiliki sisi dzahir dan batin:Â
dzahirnya berupa bacaan (tilawah), sedangkan batinnya adalah ta'wil. Dalam kerangkaÂ
pemikiran ini, dapat diidentifikasi pula hubungan konsep nubuwah dan walayah. NubuwahÂ
dikaitkan dengan aspek dzahir, sementara walayah berhubungan dengan aspek batin. Keduanya sama-sama merupakan otoritas religius yang dianugerahkan Tuhan, tetapi caraÂ
memperolehnya berbeda (Daeng & Mulkiah, 2023).Â
Nubuwah diperoleh tanpa usaha melalui wahyu dan mukjizat, sedangkan walayahÂ
dicapai melalui usaha spiritual (iktisb), yang kemudian menghasilkan karamah danÂ
pengalaman Irfani. Ibn 'Arabi menyebut perbedaan ini sebagai "kenabian khusus" danÂ
"kenabian umum". Kenabian khusus berhubungan dengan syariat dan hukum formal,Â