berupaya menafsirkan teks al-Qur'an dan hadis secara sistematis. Irfani tumbuh dalam tradisi
tasawuf, di mana aspek batin, penyucian jiwa, dan pengalaman kasyf dijadikan sumber
pengetahuan yang sah. Adapun burhani dikembangkan oleh para filosof Muslim yang
terinspirasi dari filsafat Yunani, khususnya Aristoteles, untuk membangun sistem
pengetahuan berbasis logika. Ketiga epistemologi ini tidak jarang mengalami ketegangan,
misalnya antara kaum rasionalis dan sufi, atau antara ahli fikih dengan filosof. Namun, dalam
dinamika tersebut juga muncul titik temu yang memperkaya khazanah pemikiran Islam.dan sebagai syarat dalam memproduksi wacana (syurut intaj al-khitabi). SejarahÂ
perkembangan Bayani dapat ditelusuri sejak masa Rasulullah saw, ketika beliau menafsirkanÂ
ayat-ayat Al-Qur'an yang sulit dipahami para sahabat (Khadafi et al., 2024).Â
Setelah itu, sahabat melanjutkan tradisi penafsiran berdasarkan penjelasan RasulullahÂ
saw yang bersumber dari teks wahyu. Generasi tabi'in kemudian menghimpun penafsiranÂ