Epistemologi Bayani, Irfani, dan Burhani memiliki karakteristik yang berbeda, baikÂ
dari segi sumber pengetahuan, metode pendekatan, maupun orientasi penggunaannya.Â
Epistemologi Bayani berpijak pada otoritas teks keagamaan, khususnya Al-Qur'an, hadis,Â
ijma', serta qiyas. Sumber pengetahuan ini dianggap mutlak dan dijadikan tolok ukurÂ
kebenaran. Proses penalaran Bayani lebih banyak bersifat normatif dan tekstual, di manaÂ
pengetahuan diperoleh dengan menafsirkan serta menjelaskan makna yang sudah termaktubÂ
dalam teks. Kekuatan Bayani terletak pada kepastian dan kepatuhannya terhadap otoritasÂ
wahyu, namun keterbatasannya muncul ketika dihadapkan pada realitas baru yang menuntutÂ
penafsiran lebih terbuka.Â
Berbeda dengan Bayani, epistemologi Irfani bertumpu pada pengalaman batin, intuisi,Â
dan ketersingkapan spiritual (kasyf). Pengetahuan Irfani hadir secara langsung melaluiÂ