Aristoteles, yang diikuti Al-Jabiri, menekankan bahwa silogisme harus memenuhiÂ
syarat logis: konsistensi antara alasan dan kesimpulan, kepastian, serta kebenaran yang tidakÂ
membuka kemungkinan kesimpulan lain. Metode Burhani dipandang lebih unggul dibandingÂ
metode epistemologi lain, karena menawarkan sistem berpikir yang ketat dan rasional.Â
Namun, kritik tetap muncul. Osman Bakar menegaskan bahwa kelemahan Burhani bukanÂ
terletak pada rasionalitasnya, melainkan pada kecenderungannya memasukkan seluruhÂ
realitas ke dalam ruang akal, seolah akal dapat menjangkau segalanya. SuhrawardiÂ
menambahkan bahwa terdapat batasan tertentu pada Burhani, antara lain: (a) adanyaÂ
kebenaran yang tidak dapat dijangkau akal, (b) adanya realitas inderawi seperti warna, rasa,Â
bau, dan bayangan yang tidak sepenuhnya dapat dipahami Burhani, serta (c) prinsip Burhani yang mendefinisikan suatu objek melalui atribut lain, yang berpotensi menimbulkan prosesÂ
tanpa akhir.