Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Indonesia Menghadapi Disrupsi AI Tanpa Pemimpin Visioner

24 Mei 2025   16:50 Diperbarui: 24 Mei 2025   16:50 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Dalam narasi AI yang mandiri, keadilan sosial bukanlah embel-embel, melainkan inti cerita. AI yang tidak diarahkan pada keadilan hanya akan mempercepat ketimpangan, memperkuat bias algoritmik, dan mengasingkan kelompok-kelompok marjinal dari pusat-pusat pengambilan keputusan. Sebaliknya, AI yang berbasis narasi keadilan akan bertanya:

Siapa yang mendapatkan akses terhadap teknologi ini?

Siapa yang kehilangan pekerjaan karenanya?

Siapa yang dilibatkan dalam pengambilan kebijakan AI?

Kita membutuhkan narasi yang menuntut redistribusi bukan hanya kekayaan, tapi redistribusi kapasitas, kontrol, dan pengetahuan teknologi.

B. Pembelajaran dari Ketimpangan Global

Menurut Global AI Index (Tortoise Media, 2023), negara-negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Inggris menguasai hampir 70% investasi dan inovasi AI global. Sementara itu, negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, berisiko hanya menjadi pasar---konsumen algoritma, bukan pencipta.
Tanpa narasi yang menuntut kedaulatan digital dan keadilan dalam akses infrastruktur, pendidikan, dan data, Indonesia akan tertinggal sebagai koloni digital.

C. Distribusi Teknologi sebagai Aksi Politik

Distribusi teknologi bukan sekadar soal membagikan laptop ke sekolah-sekolah atau membangun pusat data di kota. Ini tentang memastikan bahwa nelayan di Sulawesi, petani di Kulon Progo, buruh pabrik di Karawang, dan siswa di Nias punya ruang yang setara dalam ekosistem digital yang sedang dibangun. Ini adalah aksi politik yang menuntut:

Literasi AI berbasis lokal dan bahasa ibu.

Akses data dan internet sebagai hak asasi digital.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun