Bab I: AI dan Kekosongan Feromon Kepemimpinan
A. Teori Kepemimpinan dalam Masyarakat Kompleks
Dalam setiap titik kritis sejarah peradaban, kepemimpinan tidak sekadar dituntut untuk mengelola, melainkan untuk mentransformasi arah kolektif menuju masa depan yang belum dikenali. Dunia yang tengah dibentuk ulang oleh kecerdasan buatan---dengan kecepatannya yang eksponensial dan ketidakpastian yang melekat---menuntut jenis kepemimpinan yang berbeda: bukan yang hanya administratif atau teknokratis, melainkan kepemimpinan adaptif, naratif, dan evolusioner.
1. Ronald Heifetz: Kepemimpinan Adaptif dalam Situasi Ambiguitas
Heifetz, dalam konsep "adaptive leadership," menekankan bahwa krisis sejati tidak dapat dipecahkan dengan solusi teknis. Tantangan seperti AI---yang menyentuh sistem nilai, identitas pekerjaan, dan masa depan umat manusia---adalah adaptive challenges. Mereka menuntut pemimpin yang tidak hanya memberi jawaban, tetapi mampu menahan ketegangan sosial sambil membimbing masyarakat menemukan makna baru.
"Leadership is about disappointing your own people at a rate they can absorb." ---Ronald Heifetz
Dalam konteks ini, Indonesia tidak kekurangan manajer, tetapi kekurangan pemimpin adaptif yang berani membuka ruang belajar kolektif tentang AI, bahkan bila itu mengguncang kenyamanan birokrasi dan budaya politik patronase.
2. Ilya Prigogine: Ketidakteraturan dan Titik Bifurkasi Sistem
Prigogine, peraih Nobel bidang kimia, memperkenalkan konsep dissipative structures dalam teori sistem kompleks. Ia menyatakan bahwa dalam sistem terbuka (seperti masyarakat), krisis bukanlah akhir melainkan pintu menuju struktur baru, asalkan sistem mampu melewati titik bifurkasi---yakni titik ketidakstabilan yang membuka dua arah: kehancuran atau re-organisasi kreatif.
AI menciptakan kondisi bifurkasi itu: mempercepat entropi sosial, memicu kebingungan arah, dan menguji kapasitas kolektif untuk beradaptasi. Kepemimpinan dalam konteks ini bukan lagi soal kontrol, tapi memfasilitasi transisi melalui ketidakpastian.
3. Arnold Toynbee: Tantangan dan Respons Peradaban