Wayang, batik, dan pantun bisa diolah oleh AI untuk pelestarian dan pembelajaran lintas generasi.
Kearifan lokal seperti musyawarah, pranata adat, dan falsafah lokal (misalnya Tri Hita Karana di Bali) bisa menjadi inspirasi dalam desain sistem kolaboratif dan etis.
C. Gotong Royong Digital: Dari Etos Tradisional ke Ekosistem Teknologis
Gotong royong bukan sekadar kerja bakti. Ia adalah prinsip distribusi peran, kolektivitas tanggung jawab, dan solidaritas tanpa pamrih.
Dalam konteks digital, ini dapat diwujudkan melalui:
Open source dan open data movement yang memperbolehkan inovasi bersama tanpa monopoli.
Komunitas AI akar rumput seperti AI4Impact, Bangkit, dan komunitas pengembang lokal yang berbagi kode, pelatihan, dan data.
Platform teknologi koperatif---bukan hanya startup komersial, tapi sistem digital berbasis kepemilikan komunitas.
Laporan MIT Technology Review (2023) menyebut bahwa bentuk inovasi paling berkelanjutan di negara-negara Selatan berasal dari communal innovation, bukan hanya dari R&D elit.
Penutup Pilar 3:
Tanpa etika, AI hanyalah mesin tak berjiwa. Tanpa budaya, AI adalah cermin budaya asing. Tanpa gotong royong, AI hanya milik segelintir.
Ratu Narasi AI yang kita bangun haruslah lahir dari denyut nadi masyarakat sendiri---berakar pada adab, berbuah pada kemaslahatan.
4. Narasi Regenerasi Talenta: Pendidikan AI dari Rakyat untuk Rakyat