Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Indonesia Menghadapi Disrupsi AI Tanpa Pemimpin Visioner

24 Mei 2025   16:50 Diperbarui: 24 Mei 2025   16:50 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Meski Indonesia telah mengesahkan UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) pada 2022, implementasinya masih lemah dan tidak spesifik merespons dinamika AI:

UU PDP belum memuat klausul tentang AI-based data profiling, di mana algoritma memutuskan nasib seseorang berdasarkan histori datanya.

Tidak ada mekanisme kontrol atas penggunaan data warga negara dalam sistem AI milik pemerintah atau pihak ketiga (misal: CCTV dengan facial recognition, e-KTP yang terintegrasi dengan sistem prediktif).

Ketiadaan lembaga pengawas independen membuat perlindungan data rentan dikendalikan oleh kekuatan politik dan korporasi.

Dalam konteks AI generatif, data warga bisa dipakai melatih model tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka---menjadi bagian dari kapital digital global yang tak berbendera.

Kesimpulan Subbab

Ketidakhadiran regulasi yang menyeluruh terhadap AI di Indonesia adalah tanda krisis tata kelola masa depan. Bukan sekadar soal kurangnya hukum, tapi ketertinggalan dalam membayangkan apa itu keadilan, hak asasi, dan kerja di zaman algoritma.

Tanpa kerangka etis, proteksi kerja, dan perlindungan data yang memadai, Indonesia bukan sedang memasuki era AI, tetapi sedang memasrahkan nasibnya padanya.

C. Kasus-Kasus Dampak AI yang Mulai Terasa: Pengangguran, Disinformasi, Bias Algoritmik

Kecerdasan buatan, meski masih dianggap sebagai "teknologi masa depan", telah meninggalkan jejak yang nyata dan kasat mata di Indonesia---seringkali tanpa disadari oleh publik dan elite pengambil kebijakan. Di balik narasi euforia transformasi digital dan Revolusi Industri 4.0, mulai bermunculan gejala-gejala sosial yang mengindikasikan disrupsi senyap: pekerja yang perlahan tergeser, kebenaran yang dikaburkan mesin, dan keputusan-keputusan diskriminatif dari algoritma yang tak dapat dimintai pertanggungjawaban.

1. Pengangguran Struktural: Otomatisasi Diam-Diam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun