Mohon tunggu...
Shabilla Putri Bintang Pratama
Shabilla Putri Bintang Pratama Mohon Tunggu... XII MIPA 5

Salam sejahtera untuk semua rekan-rekan pembaca dan penulis. Mari saling berinteraksi guna meningkatkan literasi di negeri tercinta kita ini!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kereta Terakhir

20 Februari 2022   10:46 Diperbarui: 21 Februari 2022   20:20 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semesta menggenapkan takdir yang ganjil. Begitu saja waktu terus berotasi hingga tibalah kisah ini mesti bercerita menyoal tentang; dendam, amarah, dan gundah yang terus bergulat dalam hati.

Dua ribu tujuh belas, di tempat yang begitu gelap tanpa sinar lunar dan kejora.

Damara turun dari bus, ia hanya dituntun sebuah harapan tipis yang membuatnya memilih memberhentikan tujuan di dekat toko bunga yang pencahayaannya begitu temaram. Jaket yang Jenggala berikan ia masukkan ke dalam tas miliknya. Ia ketiduran terlalu lama. 

Damara pelupa. Ia salah naik bus.

Mestinya ia pergi ke daerah dekat alun-alun Kota Bandung. Sebab sama-sama berwarna biru Damara pikir bus ini akan membawanya pada tempat tujuan yang ia pilih.

Tapi nyatanya tidak. Keteledorannya yang pelupa ditambah situasi yang membuatnya pening bikin ia melenceng sangat jauh dan terdampar di kota yang penuh kenangan ini. Salahkan pula kantuknya, Kisan, dan Jengga sebagai sang penyebab yang menjadikan ini sebagai petaka.

Sebenarnya ini bukan masalah besar.

Yang jadi masalah adalah hatinya yang mendadak bergolak dan berang tanpa sebab. Mengobrak-abrik ketenangan hatinya tanpa tahu diri.

Pemuda itu lalu berjalan memasuki area toko yang sepi. Aromanya begitu kaya, bebauan yang begitu membuat hidung tergelitik itu terlalu adiktif hingga betah berlama-lama memenuhi paru-paru yang selalu kembang kempis tak henti. Ada banyak bebungaan segar yang mengintip dari pot-pot besar, karangan bunga yang belum jadi berada di sisi yang sedikit tersembunyi. Ketersimaan Damara menyasar pada sebuah buket bunga yang di dalamnya diisi bertangkai seruni berwarna kuning yang masih segar.

Ada bapak-bapak keluar dari bilik air di dalam. 

"Pak, seruni ini harganya berapa?" tanya Damara sembari menyentuh bunga yang begitu menggunduk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun