Mohon tunggu...
Shabilla Putri Bintang Pratama
Shabilla Putri Bintang Pratama Mohon Tunggu... XII MIPA 5

Salam sejahtera untuk semua rekan-rekan pembaca dan penulis. Mari saling berinteraksi guna meningkatkan literasi di negeri tercinta kita ini!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kereta Terakhir

20 Februari 2022   10:46 Diperbarui: 21 Februari 2022   20:20 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku punya firasat, kedepannya kita akan banyak bertemu. Aku juga punya firasat, kehadiran aku bisa begitu berharga di sini tapi begitu gak berguna di rumah aku sendiri."

"Sebelum ada janji-janji yang terucap di bibir penuh cela punyaku, aku hanya mau memperingati sebelum situasi kedepannya malah bikin kamu tambah sakit dan bikin terlena sama bayang-bayang kenyataan." 

"Ki, aku tuh bukan Kamala tahu ... meski mungkin menurutmu kami mirip tapi aku beda lho sama dia, Ki."

"Aku bukan Kamala dan Kamala bukan aku. Mendelusikan segalanya dan bikin hati kamu terbohongi apa ngga bikin capek? Apa Kamala ngga akan marah dan menuntut pembalasan ke aku kalau tahu secara gak langsung aku ambil posisi dia dalam keluarga? Aku ngga sekuat Mala, Ki ... aku yakin Kamala bukan orang tersisih di keluarga macam aku."

"Untuk sekarang ayo kita kenalan dulu. Bukan dengan nama Kamala, tapi dengan namaku sendiri."

Kisan menggeliat tak nyaman, jemarinya yang digenggam Damara mendadak bergerak dan merematnya kuat.

"Kisan, namaku Jeremiah ..." tukas Damara.

"Aku memang bukan saudara kamu dan mungkin memang bukan tempat sepatutnya untuk berbagi cerita. Tapi kalau kamu mau coba untuk berkisah, jangan sungkan untuk membaginya sama aku. Setidaknya biar beban yang menumpuk di hati kamu berkurang, Ki."

"Aku ngga keberatan kok, setidaknya dengan kamu bisa menerima aku sebagai sosok Jeremiah dan mulai jujur sama realita itu semua udah bikin aku, semesta dan Kamala senang. Soalnya kalau kamu ikhlas kita bisa sembuh bareng-bareng. Barangkali, kalau kita menghadapinya bersama rasa sakit saat Peri Penyembuh menyuntikkan obatnya ngga akan begitu terasa. Soalnya kita berdua, kamu yang berjuang untuk saudara kamu, dan aku yang berjuang untuk Bunda. Ayo jadi kuat!"

"Tumbuhlah, mari kita tumbuh meski pasti kedukaan senantiasa mengekori langkah."

"Kisan, ayo sembuh ..." Damara mengenyahkan rambutnya yang menutupi mata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun