Suara teriakan menggema di seluruh ruangan. Syakira wanita itu lama menatap pada Kamala yang kini tengah menunduk, Bi AMel yang duduk di muka pintu diam seribu  bas menatap pada dua manusia yang seolah bak pinang dibelah dua.Â
Syakira berhenti melantunkan pepujian, ia menutup bukunya, kemudian bangkit berdiri dengan kaki yang bergetar. Matanya seolah hendak menangis kapan saja. Jejak kerinduan jelas terpatri di sana. Wanita itu berjalan dengan terseok, demikian dengan Kamala yng perlahan berjalan kemudian mendadak ambil berlari memburu mengecup kaki ibunya untuk meminta ampun. Ia sedikit tergelincir, membuat suara debuman yang cukup keras yang membuat  Kisan yang berada dilantai atas buru-buru turun sebab mengira ibunya kembali terjatuh pingsan.
"Ma, tolong ampuni Kamala." lirih Kamala sambil terisak di tempat.
Syakira Prabasari terlalu terkejut akan apa yang dilihatnya, namun ia berbisik berkali-kali pada Tuhan Maha Pengasih yang  telah mengabulkan doa-doanya selama ini. "Tuhan terima kasih,terima kasih telah memelihara anakku, terima kasih telah membawanya pulang kembali." Syakira meluruh dan membawa Kamala dalam pelukan, tidak erat, sebab ia takut anaknya akan dibawa pergi lagi, dipisahkan dari dirinya lagi.Â
Kamala terisak sejadi-jadinya, balas memeluk dekapan ibunya dengan erat, membayar semua rindu yang sedari lama ia pendam.Â
"Ya Tuhan, kamu pulang, nak?" Syakira melepas pelukan kemudian menangkup pipi anaknya yang kini berubah semakin tirus, tiak segembul dulu lagi. Digantikan oleh garis rahang tegas dan brubah semakin tampan saja. Kamala menganguk kuat-kuat sambil tersenyum. Air matanya masih meluruh deras. "Iya, Ma, Kamala pulang, Kamala di sini." Tangan pemuda itu menggenggam jemari sang mama yang masih ada di pipinya. Saki kembali membawa kamal dalamsebuah dekap. "Kamala, kalau ini mimpi, mama lebih memilih untuk tidak bangun kembali."
Kemudian ruangan itu kembali ramai oleh geremengan suara orang orang yang beradu. Damara masih tertahan di tempatnya, begitu pula Kisa yang menatap tubuh sang adik yang kini tengah berada di pelukan ibunya. Ia mencoba meyakinkan diri bahwa ini buakanlah mimpi ataupun delusinya saja. Kamala yang itu? Kamala yang menyebalkan, Kamala yang cerewet, Kamala yang benci brokoli pada akhirnya pulang kembali? Kisan menunduk kemudian tersenyum. Air matanya meluruh tanpa terasa. Bagaimana mungkin semesta begitu kejam memberikan Kisan kepergian dan kepulangan orang terkasihnya dalam satu waktu?
-
Syakira begitu bersyukur hari ini. Pengajan telah usai, yang artinya hanya ada ia, Kamala dan Damara yang ada di rumah. Sampai sejak kamala datang, Kisan enggan ditemui dan malah pergi entah kemana. Saki sudah beberapa kali mendial Kisan, namun yang didaati bahwa ponsel anaknya itu sedang tidak aktif. Padahal ia inginmemberi tahu bahwa adiknya sudah kembali, ke rumahnya, hadir dalam figur nyata.
Jauh tak terkira rasa bahagia yang ingin ia ceritakan pada Arkais bahwa ini anakanya ternyata betul-betul pulang ke rumah dengan selamat.
Ayam kremes kesukaan Kamala sudah terhidang di meja. Namun Syakira ingin sesuatu yang lebih spesial. Ia kembali berkutat memasak makanan kesukaan Kisan dan Damara juga. Wanita itu betul-betul tak mengizinkan Kamala untu membantunya di dapur dan sebagai gantinya menyuruh Kamala untuk duduk di ruang keluarga bersama dengan Damara. Berdua saja.