(Tigedebros itu apa ya teman-teman artinya, susah dijelasin tapi kurang lebih kaya terperosok gitu. Cmiiw. Teman-teman mohon bantu dikoreksi jika ada translate yang keliru)
"Serius, kaget. Tadi teh mau jatoh, untung ada kursi itu, jadi aku nahan ke sana. Ternyata kursinya malah bolong, paha aku sakit, ih." jelas Baskara, dirinya kini berjongkok di atas lantai marmer yang berkilat.
Jenggala kemudian ikut berjongkok, "Bas, seharusnya ini ngga terjadi." tutur Jengga dengan wajah prihatin.Â
"Harusnya Wa Iman ngga nolongin kamu, Bas. Padahal biarin aja kamu kejebak di kursi." lanjut Jengga, tawanya menyembur ke luar.Â
Lunara dan Indra balik tertawa haha-hihi. Namun segera berakhir saat melihat Bas tak mengeluarkan reaksi.
"Terserah ah, urang mah mau pundung. Kaditu maneh! Awas, tong ngahalangan, urang mau sasapu!" pekik Baskara tertahan, ia mendorong tubuh Jengga hingga terjengkang, kemudian meminta maaf pada Indra yang kursinya tak sengaja ia bikin rusak.
(Terserah ah, aku mau marah. Ke sana kamu! Awas, jangan ngehalangin, aku mau nyapu!)
"Maaf ya In, ngga sengaja asli! Kursinya jadi rusak ...."Â
Indra menyeka air matanya, lalu berujar pelan. "Santai." katanya.
Sesudahnya, Lunara pergi ke dapur, menyiapkan meja makan. Indra beranjak menuju kamarnya yang letaknya ada di lantai tiga, mau mandi, katanya. Sementara Baskara, seperti yang ia bilang tadi, ia mau menyapu kamar.Â
Mama Indra sebetulnya sudah melarang mereka untuk bantu-bantu saat menginap, tapi anak-anak tentu tak enak hati. Tak mau manja dan banyak merepotkan. Setidaknya mereka bisa mengerjakan sedikit hal di sini.