Kita tunggu.
Bahkan bongkahan es di Antartika tak mampu menandingi kedinginan hati Kisan yang sebentar lagi akan kembali menggila.
-
Langit Cimahi begitu pekat saat ini.
Gerimis timbul tenggelam dari langit.
Jika saja Jenggala dapat memilih, pemuda itu ingin hidup menjadi sebuah nada. Kesederhanaan tanpa perlu melakukan banyak hal yang membuat hatinya lelah dan kecewa. Ia hanya perlu berdiam di salah satu tangga nada, bersama teman-temannya yang lain. Hidup di atas partitur lebih baik. Jengga akan merasa sangat senang jika dirinya turut berkontribusi dalam sebuah nada-nada yang indah. Minor pun mayor Jengga tak peduli. Ia hanya akan dipangkas sebuah garis birama, ia takkan merasa sakit, ia memang merupakan hal mati, tapi jika menjadi sebuah nada Jenggala tak akan merasakan kesakitan yang membuatnya nyaris mati.
Jenggala Sukma, lelaki itu tersenyum sumir sambil meremat tas yang digendongnya.
Sebenarnya dari tadi Jengga, Nara dan Baskara sibuk berceloteh ini itu. Membicarakan hal receh termasuk topik berat yang menyangkut soal penampilan mereka esok pagi.Â
Mereka jauh-jauh datang dari Bandung untuk menjemput Chaanakya sekaligus ikut menumpang menginap di rumahnya. Esok, mereka akan membawakan sebuah penampilan, bukan hal yang spesial sih tapi ini sudah menjadi kebiasaan mereka.Â
Sudah menjadi aktifitas rutin bagi Serikat Hujan untuk melagu di setiap pekannya.Â
Untuk melepas penat dan dijadikan sebagai penghiburan diri bagi manusia-manusia yang tak punya tempat untuk kembali itu.Â