Mohon tunggu...
Shabilla Putri Bintang Pratama
Shabilla Putri Bintang Pratama Mohon Tunggu... XII MIPA 5

Salam sejahtera untuk semua rekan-rekan pembaca dan penulis. Mari saling berinteraksi guna meningkatkan literasi di negeri tercinta kita ini!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kereta Terakhir

20 Februari 2022   10:46 Diperbarui: 21 Februari 2022   20:20 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelas lah! Jelas ada masalah, Kisan masalahnya! Damara berteriak dalam hati.

Tentu Damara tak mengatakan itu, ia hanya menggeleng dan berucap, "Nggak papa, Sur. Lagi pengen gini aja." Sura lalu mengangguk, tapi hatinya tahu ada yang salah di sini.

Oh iya, tahun depan mereka sudah masuk sekolah menengah dan meninggalkan masa putih-biru yang penuh petaka dan bencana. Di masa putih kelabu Kisan sering sekali mengamuk, hal-hal remeh sekalipun dapat memancing sisi lain dirinya jika itu berhubungan dengan Kamala.

Karena kejadian mengamuk itu terus beruntun, setiap kali Kisan mengamuk Saki pasti akan memisahkan Damara dan Kisan, waktunya tak bisa ditentukan saat Kisan mulao tenang baru Damara akan kembali ke kedimanan Aswangga.

Kenapa ia kembali? Sebab saat masuk SMA, Damara tak tinggal bersama Syakira lagi. Ia tinggal di sebuah apartemen yang letaknya tak jauh dari sekolah maupun kediaman Aswangga. Setiap bulan ia diberi uang saku, jumlahnya besar, syaratnya hanya satu, yakni tetap jadi Kamala maka uang akan terus mengalir. Sekali lagi, hal ini yang memutuskan adalah seorang Arkais. Ia telah pulang dari perjalanan bisnisnya. Keputusan ini bikin Damara mabuk dalam pikirannya. Hidupnya berasa terombang-ambing. Lempar sana lempar sini.

Kala Damara tinggal sendiri di apartemen ia bisa sedikit mengusap dada. Soalnya di sini ia bisa jadi diri sendiri, tak merasa dituntut dan tak ada yang menuntut.

Damara pikir, Kisan itu aneh. Kelakuannya serba-serbi. Sekarang ia mengamuk, keesokannya seperti sedia kala lagi, lalu malamnya mendadak sadar jika saudaranya telah mati. Contohnya seperti hari ini, barusan Kisan pulang lebih dulu ke rumah, lalu setelahnya Damara datang karena memang mereka jarang pergi atau pulang bersama lagi.

Jantung Damara nyaris copot. Kisan tengah membakar dupa di depan pigura Kamala. Geremengan suaranya tak bisa Damara dengar semua tapi ia menangkap sepenggal kalimat.

Kamu yang tenang di sana, katanya.

Sepertinya ada yang aneh di diri Kisan. Ada yang salah di sini.

*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun