"Indra!" Mahabala memencet bel yang terletak di atas ranjang bertubi-tubi. Ia melirik ke arah Indra yang tengah berjaga di kursi dengan mata membola.Â
"Beri tahu kak Nara! Jenggala telah siuman dari koma!"
Indra pun melesat ke luar pintu. Tak lama ada beberapa orang dokter yang memasuki ruangan. Mahabala dipersilakan keluar, di dalam Jengga tengah dicek kondisi tubuhnya menyeluruh. Berbulan-bulan ia terlelap dalam tidur panjangnya dan hari ini ia telah kembali sadar dari perjalanan mimpinya yang begitu memakan waktu.
Lunara berlari di koridor rumah sakit. Dahinya berpeluh, Indra berjalan mengekori di belakang napasnya tersenggal parah.
Bagaimana kata dokter, Kak Bas? Tanya Indra dengan isyarat tangan. Hearing aid yang tersemat di telinga ia benarkan dengan terburu.
"Dokter masih meriksa Jengga, In. Ayo kita tunggu." Dada Mahabala berguruh, ia senang tak kepalang.
"Bas, ini keajaiban!" jerit Lunara tertahan. Ia lalu memeluk Indra dan Mahabala bergantian.
"Ini keajaiban, Bas, ini keajaiban!"
Jenggala begitu garang melawan kantuknya yang begitu lama. Ia begitu perkasa saat melawan sakit yang mendera belulangnya yang patah. Ia begitu sabar menunggu sampai Tuhan mengizinkannya kembali terbangun. Meski ia ditemukan dalam kondisi bersimbah darah dan nyaris mati, nyatanya Jengga bisa bertahan di bumi lebih lama lagi.
Seperti namanya yang bermakna hutan, Â Jenggala sang Penguasa Rimba telah kembali dari peradaban yang menelannya dengan hati yang berkobar menuntut jawaban atas nasib yang begitu tak berakal.
NCT 127 - White Night