Mohon tunggu...
Murni KemalaDewi
Murni KemalaDewi Mohon Tunggu... Novelis - Lazy Writer

Looking for place to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pemberontakan Cinderela

22 Mei 2019   07:09 Diperbarui: 22 Mei 2019   07:13 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ivan tersenyum lembut,

"Seharusnya aku mengucapkan terima kasih atas kritikanmu. Pesta ini memang sedikit berlebihan, makanya kau bicara penuh kritikan seperti itu. Ini menghambur-hamburkan uang negara. Aku tahu hal itu. Dan aku bukannya menerima kritikan dengan baik, tapi malah marah dan bicara kasar." Ivan menatap Aya dengan wajah penuh penyesalan, "Maafkan aku. Aku sudah menghinamu dan juga ibumu. Aku juga akan bersikap sama sepertimu jika ada yang menghina ibuku. Aku memang sangat kasar. Bisakah memaafkanku?" pinta Ivan.

Aya menundukan kepalanya dalam diam.

Ivan menghela nafas pelan

"Apa kau tidak bisa memaafkanku?"

Suasana tampak hening. Suara alunan musik masih terdengar. Para tamu mengamati mereka sambil berbisik sembunyi-sembunyi. Aya tiba-tiba mengangkat kepalanya menatap Ivan dengan wajah menahan tangis,


 "Apa ini artinya anda tidak akan memenjarakan saya, Yang Mulia?" pintanya meremas-remas tangannya dengan gugup. "Saya mohoon, Yang Mulia! Saya tahu kalau saya pantas masuk penjara, tapi saya takut! Saya masih muda. Masih ingin hidup di alam kebebasan. Saya mohon. Please?!" katanya penuh harap.

Ivan menatap Aya dengan wajah kebingungan seakan kehilangan kata-kata. Ivan berusaha menahan tawanya. Namun ia tak bisa. Ivan tertawa lepas, membuat semua mata di ruangan itu menatap mereka heran. Sementara Aya hanya bisa memandang Ivan dengan ekspresi campuran rasa takut dan bingung.

"Kau benar-benar gadis yang sangat menarik!" kata Ivan tersenyum  lebar pada Aya.

"Apa itu artinya saya tidak akan masuk penjara?" tanya Aya bingung.

Ivan terdiam sesaat dan mengamati Aya dengan seksama,

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun