Mohon tunggu...
Murni KemalaDewi
Murni KemalaDewi Mohon Tunggu... Novelis - Lazy Writer

Looking for place to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pemberontakan Cinderela

22 Mei 2019   07:09 Diperbarui: 22 Mei 2019   07:13 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ivan terpaku. Ia tidak menyangka kalau Aya bisa semurka ini.

Sementara itu, Aya menatap Ivan dengan mata nyalang penuh kemarahan,

"Kau boleh saja menghinaku, mengejekku, menghajarku ataupun menghukumku! Aku menyadari kalau aku pantas mendapatkannya!" Aya lalu menunjuk-nunjuk dada Ivan dengan jarinya, "Tapi satu hal yang tak boleh kau lakukan, jangan coba-coba menghina orang tuaku, apalagi ibuku!" Aya tersenyum dingin, "Lagi pula siapa yang mau menggodamu?!" Aya tertawa penuh cemoohan sambil memalingkan wajahnya dari Ivan. Kemudian ia kembali menatap Ivan, "Saya mohon, Yang Mu li a! Jangan terlalu tinggi menilai dirimu. Bagiku kau bukanlah apa-apa!" Aya tampak mengangguk, "Yaa, kau benar tentang satu hal! Aku takut. Aku sangat takut karena sudah salah bicara dan menghinamu. Aku takut kalau aku akan dihukum penjara karena itu. Tapi sekarang tidak lagi! Silahkan! Silahkan saja kau penjarakan aku! Berapa lama?! Setahun? 10 tahun? Atau kau mau memberikan aku hukuman mati?! Terserah padamu! Tapi sebelumnya aku akan kembali menegaskan sesuatu padamu"

Aya perlahan mendekati Ivan. Ia lalu mengibas-ngibas jas yang dikenakan Ivan, seakan sedang membersihkan debu dari jas itu,

"Bagiku... " Aya tersenyum penuh ejekan, "... kau hanyalah seorang 'pangeran jelek sinting yang angkuh dan sombong yang bahkan kecoa pun terlihat lebih baik darimu.' " Aya tersenyum manis menatap Ivan, "Tidak lebih, tidak kurang!"

Aya kemudian memutar badannya dingin meninggalkan Ivan. Namun setelah beberapa langkah, ia kembali memutar badannya menatap Ivan,


"Gadis penggoda?" Aya tertawa sinis, "Bagaimana mungkin kata seperti itu bisa keluar dari mulut pemuda 'terhormat' sepertimu!"

Ivan tampak menatap Aya dengan ekspresi tenang, sementara Aya berkacak pinggang menatap Ivan penuh kemarahan,

"Kenapa? Tersinggung? Ya sudah! Sana! Merengeklah pada para pengawalmu! Suruh mereka menangkapku." Aya menyipitkan matanya, "Aku tidak takut!" katanya sambil kembali memutar badannya dengan angkuh.

Aya berjalan menuju pintu keluar, ketika tangannya tiba-tiba ditahan oleh Ivan. Wajah Aya lansung pucat seketika. Ia memutar badannya dengan wajah ketakutan.

"Jangan pergi dulu." kata Ivan sambil tersenyum. Ivan lalu melepaskan tangan Aya dengan sedikit gugup dan menatapnya lembut, "Maaf. Aku tahu kalau aku salah. Tidak seharusnya bicara sekasar itu padamu" Ivan tampak salah tingkah, "Aku juga tidak tahu kenapa bisa bicara sekasar itu. Padahal biasanya aku tidak seperti ini. Yah, aku sepertinya emosi karena kau mengkritikku dan menganggapku jelek. " Ivan tersenyum jenaka, "Aku paling tidak bisa terima kalau ada seorang gadis cantik bicara seperti itu padaku. Tapi mungkin kau benar. Aku bisa seperti itu karena keangkuhan dan kesombonganku. Apa lagi selama ini belum ada yang terang-terangan bicara tentang kejelekanku."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun