Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggagas Program Masa Orientasi Wajib Karakter Nasional untuk Usia SMP

18 Agustus 2025   16:47 Diperbarui: 18 Agustus 2025   16:47 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dicermati, ada benang merah dari ketiga tokoh ini:

Al-Fatih ditempa dengan disiplin, misi besar, dan latihan terstruktur.

Newton dibentuk oleh kesunyian, daya refleksi, dan obsesinya pada pengetahuan.

Zuckerberg tumbuh dengan eksperimen teknologi dan orientasi praktis pada komunitas.

Mereka berbeda latar, zaman, dan lingkungan, namun sama-sama menemukan titik pijak hidupnya di usia belasan tahun. Dengan kata lain, usia 13--16 bukanlah usia coba-coba, melainkan usia emas untuk menanamkan orientasi hidup, disiplin, dan kreativitas fundamental.

Inilah pelajaran penting bagi Indonesia: apakah kita akan membiarkan usia belasan remaja kita tenggelam dalam ketiadaan arah, ataukah kita akan mendesain sebuah sistem yang menyalurkan energi mereka seperti Al-Fatih, Newton, dan Zuckerberg?

B. Peran Pembinaan, Sistem Pendidikan, dan Visi yang Ditanam Sejak Muda

Tidak ada kejayaan yang muncul dari ruang hampa. Tiga tokoh besar yang kita bahas sebelumnya---Al-Fatih, Newton, dan Zuckerberg---bukan sekadar "jenius alami". Mereka adalah hasil pembinaan, sistem pendidikan, dan visi jangka panjang yang ditanam sejak usia belia.

1. Al-Fatih: Sistem Pendidikan Islam-Klasik dan Visi Profetik

Sejak kecil, Al-Fatih tidak hanya diajari membaca dan menulis, tetapi juga dipersiapkan dengan kurikulum terintegrasi: ilmu agama, filsafat, bahasa, seni perang, dan strategi politik. Gurunya, Syekh Aaq Syamsuddin, bukan sekadar pendidik akademis, tetapi mentor spiritual yang menanamkan visi besar: "Engkau adalah sang penakluk Konstantinopel."
Pembinaan ini bersifat holistik: fisik (latihan militer), mental (disiplin dan tanggung jawab), kognitif (penguasaan ilmu pengetahuan), serta moral (kesadaran misi sejarah). Sistem pendidikan yang dijalaninya bukan untuk sekadar mencetak prajurit atau birokrat, melainkan untuk membangun pemimpin dengan misi peradaban.

2. Newton: Lingkungan Akademik dan Kebebasan Intelektual

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun