A. Bangsa besar mencetak tokoh besar lewat sistem, bukan kebetulan
1. Sejarah membuktikan
Muhammad Al-Fatih, Newton, maupun Zuckerberg tidak lahir dalam ruang hampa.
Mereka ditempa oleh sistem pembinaan, budaya, dan visi yang memfasilitasi bakat mereka sejak belasan tahun.
Tokoh besar lahir bukan karena kebetulan, melainkan karena ada ekosistem yang menuntun dan menajamkan potensi mereka.
2. Indonesia di Persimpangan
Bonus demografi 2030--2045 bisa jadi berkah atau bencana.
Jika remaja hanya dibiarkan tumbuh dengan arus digital tanpa arah, mereka berpotensi menjadi generasi pasif, konsumtif, dan rapuh identitas.
Tetapi jika diarahkan dengan Wajib Karakter Nasional (WKN), bonus demografi berubah menjadi lompatan peradaban.
3. Dari Kerumunan ke Kepemimpinan
Bangsa besar tidak puas memiliki jutaan "pekerja"; bangsa besar melahirkan jutaan pemimpin di berbagai bidang---ilmu, teknologi, seni, ekonomi, dan sosial.
WKN adalah jembatan dari kondisi hari ini menuju generasi yang mampu menggenggam masa depan, bukan sekadar menumpanginya.
Jadi, pesan utamanya: Indonesia butuh sistem yang mencetak tokoh besar, bukan berharap kebetulan melahirkan satu-dua bintang.
B. Masa remaja bukan ruang labil, tapi ladang penakluk zaman