Zuckerberg melahirkan Facebook pada usia yang sama, karena ekosistem digital Amerika Serikat telah lebih dulu menyiapkan ruang inovasi, kegagalan, dan keberanian bereksperimen.
2. Indonesia di persimpangan sejarah
Tahun 2045, Indonesia genap berusia satu abad. Pertanyaannya sederhana: apakah saat itu kita hanya punya jutaan pekerja terampil, atau kita berhasil melahirkan segelintir pemimpin transformasional yang bisa mengubah jalannya peradaban dunia?
Jawabannya bergantung pada keberanian kita membangun sistem karakter nasional bagi remaja hari ini, bukan sekadar memberi mereka kurikulum kognitif.
3. Generasi al-Fatih baru
Jika Wajib Karakter Nasional dijalankan dengan visi jangka panjang, maka pada 2045 kita tidak hanya menyaksikan bonus demografi, tetapi juga bonus kepemimpinan.
Kita bisa melahirkan generasi al-Fatih baru: berani, cerdas, visioner, dengan kaki berpijak pada nilai luhur dan mata menatap cakrawala global.
Generasi yang tak hanya bertanya "apa pekerjaanku?" tetapi "apa warisan peradaban yang akan kutinggalkan?"
4. Akhir sebagai janji sejarah
Indonesia 2045 menunggu bukan sekadar buruh atau konsumen global, melainkan pencipta sejarah baru.
Pilihan ada di tangan kita hari ini: apakah remaja Indonesia akan menjadi penakluk zaman, atau sekadar penonton di panggung dunia.
Daftar Pustaka
Psikologi Perkembangan & Neuropsikologi
Erikson, E. H. (1968). Identity: Youth and Crisis. New York: W. W. Norton & Company.