Suatu malam, di sebuah kafe di Bali, Nisa menatap mata Umer serius.
"Apakah kau yakin dengan keputusan ini?" tanyanya.
Umer menggenggam tangannya. "Aku yakin. Aku ingin kau di sisiku, Nisa. Tidak ada yang bisa mengubah itu," jawabnya tegas.
Mereka tersenyum, merasakan campuran kegembiraan dan kecemasan. Pernikahan ini adalah awal babak baru dalam hidup mereka, sekaligus ujian besar bagi cinta mereka.
BAB 8: PERSIAPAN & PERPISAHAN
Beberapa minggu berikutnya diisi persiapan pernikahan dan keberangkatan. Nisa sibuk mengurus dokumen perjalanan, sementara Umer mengurus keluarga dan pekerjaannya.
"Jakarta terasa jauh sekali sekarang," gumam Nisa saat menatap koper yang siap dibawa ke Pakistan.
"Bali akan selalu menjadi kenangan indah kita," kata Umer sambil memeluknya.
Perpisahan dengan teman-teman di Bali terasa berat. Nisa bahagia atas awal baru ini, tapi rasa takut dan ketidakpastian menyelimuti hatinya.
BAB 9: TIBA DI PAKISTAN
Nisa menjejakkan kaki di Pakistan untuk pertama kali. Cuaca panas menyambutnya, aroma rempah khas Pakistan terasa berbeda dari Bali. Umer menjemputnya di bandara, senyumannya menenangkan hati Nisa yang cemas.
Namun kenyataan segera terasa pahit ketika mereka tiba di rumah keluarga Umer. Suasana hangat Bali kini digantikan oleh tatapan dingin dan senyum tipis keluarga Umer.