Nisa ragu sejenak. Ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat jantung Nisa berdebar. "Baiklah. Aku ikut," jawabnya akhirnya.
Mereka berjalan di sepanjang pantai, suara ombak menjadi musik latar percakapan mereka yang ringan. Dari pekerjaan, hobi, makanan favorit, sampai tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi.
"Jakarta pasti jauh berbeda dengan sini," komentar Umer sambil menatap horison.
Nisa mengangguk. "Benar. Tapi aku ingin mencoba hal baru. Bali terasa menenangkan, tapi juga menantang."
Umer tersenyum. "Aku senang bisa mengenalmu, Nisa."
Detak jantung Nisa terasa lebih cepat. Ini bukan sekadar pertemuan biasa. Ada sesuatu yang berbeda dengan Umer, sesuatu yang membuatnya penasaran dan... nyaman.
Saat matahari mulai tenggelam, langit berubah menjadi gradasi oranye dan ungu. Nisa tersenyum, menyadari bahwa pertemuan di Bali ini mungkin akan mengubah hidupnya lebih dari yang ia bayangkan.
BAB 2: KEDEKATAN DI TEMPAT KERJA
Hari-hari di kantor terasa lebih ringan bagi Nisa sejak kehadiran Umer. Mereka duduk bersebelahan dalam proyek, saling bertukar ide dan komentar ringan yang sering membuat rekan kerja lain tersenyum.
Pagi itu, Nisa menatap layar laptop dengan pandangan penuh konsentrasi. Tumpukan dokumen di meja hampir membuatnya putus asa. Tiba-tiba, Umer menghampirinya sambil membawa dua gelas kopi.
"Aku tahu kamu suka kopi hitam tanpa gula," katanya, menaruh salah satu gelas di meja Nisa.