"Aku mungkin berbeda dari yang mereka harapkan," kata Nisa perlahan.
Umer tersenyum, menepuk bahunya. "Aku ingin kau tetap menjadi dirimu sendiri. Tapi kau harus tahu, keluargaku kadang sulit menerima hal baru."
Nisa mengangguk, mencoba menenangkan rasa takutnya. Meski begitu, hatinya tetap ingin bertahan dan mengenal lebih jauh pria di depannya.
BAB 6: BAYANGAN TEKANAN MULAI MUNCUL
Malam itu, mereka menghadiri acara kantor di tepi pantai. Lampu temaram dan suara musik lembut menciptakan suasana romantis.
Umer menatap Nisa dari jarak dekat. Tangan mereka hampir bersentuhan. "Aku senang bisa melewati hari-hari ini bersamamu," ucapnya lembut.
Nisa tersenyum, merasakan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. "Aku juga," jawabnya, sedikit tersipu.
Namun, ketegangan muncul ketika Umer menerima panggilan telepon dari keluarganya di Pakistan. Nada bicara mereka tegas, menekankan pentingnya adat dan aturan keluarga.
Nisa mendengar sebagian dari percakapan itu, merasa ada bayangan tekanan yang akan datang. Meski begitu, mereka pulang dengan tangan saling menggenggam, hati mereka mulai memahami bahwa cinta mereka akan diuji-perbedaan budaya, karakter, dan ekspektasi keluarga akan menjadi tantangan yang nyata.
BAB 7: KEPUTUSAN PERNIKAHAN
Setelah bertahun-tahun pacaran, Nisa dan Umer memutuskan untuk menikah. Keputusan ini bukan tanpa risiko. Umer tahu bahwa keluarganya mungkin menolak Nisa karena perbedaan adat dan ekspektasi sosial.